Banyak orang tua yang curhat, “Anak saya itu nggak bisa diam, saya sampai pusing melihatnya.”
Perlu diketahui, setiap anak lahir dengan fisik dan psikis tertentu. Bedanya adalah, untuk fisik anak kemungkinan besar tidak akan berubah. Misalnya, memiliki hidung lebar, maka sampai dewasa akan seperti itu. Berbeda dengan psikis anak yang bisa berubah. Misalnya, anak selalu langsung menangis ketika keinginannya tidak terwujud, tapi kelak bisa menahan emosinya.
Nah, psikis yang berubah itu karena orang tua mengenali dan mengembangkan inner strength anak. Lebih jelasnya, berikut ini definisi inner strength dari motivator, Tony Robbins.
Secara umum, inner strength berkaitan dengan mental dan emosi anak, termasuk perilaku, keahlian, dan sikapnya, agar bisa bertahan di kehidupan, baik saat masih anak-anak hingga dewasa nantinya. Artinya, setiap anak sebenarnya memiliki inner strength di dalam jiwa mereka, maka orang tua bertugas mengeluarkan kekuatan yang ada dari dalam diri anak.
Sekali lagi, inner strength pada anak tidak akan muncul dengan sendirinya. Semuanya membutuhkan proses, semua membutuhkan stimulasi, semua membutuhkan kegiatan yang tepat untuk anak agar inner strength tersebut bisa muncul. Jadi, jangan buru-buru memberi label, “Anak saya pemalu,” tetapi coba mencari cara untuk mengeluarkan inner strength anak dahulu.
Beberapa contoh inner strength menurut Tony Robbins ada di gambar di bawah ini.
Lebih mudahnya, ada 5 (bahkan bisa lebih) karakter anak yang muncul jika orang tua mengasah inner strength sejak dini. Antara lain:
Pada dasarnya, semua anak memiliki rasa percaya diri, tetapi seiring pertumbuhannya ada lingkungan yang membuat rasa percaya dirinya tertutup. Misalnya, ketika anak sudah bisa memilih bajunya sendiri, maka biarkan karena bisa mengasah rasa percaya diri. Berbeda jika semua sudah diatur oleh orang tua, sampai hal terkecil seperti pemilihan baju, sehingga tidak terbiasa membuat keputusan dan tidak percaya diri kalau sebenarnya dia punya kemampuan tersebut.
Pernahkan anak berkata, “Saya nggak bisa pelajaran matematika,” sehingga setiap ada tugas matematika di rumah selalu mengeluh. Maka, anak mulai menunjukkan rasa mudah putus asa. Sementara setiap anak punya inner strength yaitu tidak mudah putus asa. Buktinya dulu waktu belajar jalan, terjatuh berkali-kali, tetap terus belajar jalan kan?
Semua anak itu sebenarnya berani. Namun, ada lingkungan yang membuatnya jadi takut. Misalnya, melihat orang tuanya yang takut saat listrik mati, atau anak melihat video hantu dan tokohnya terlihat ketakutan, atau bermain hantu dengan anak-anak lain dan harus ketakutan, semuanya yang mengubah anak menjadi penakut. Maka, mulai berhenti menakuti anak juga.
Setiap anak itu kreatif dan punya banyak ide. Setuju kan, kalau pikiran anak itu sederhana tapi “dalam”. Terbukti anak suka bertanya hal-hal yang bahkan orang dewasa susah menjawabnya. Misalnya, ada balita yang bermain dispenser, alasannya, “Ingin mencuci piring dan gelas." Di imajinasinya, kran dispenser seperti kran di tempat cuci piring.
Semua ibu pasti pernah merasakan perhatian dari anak. Misalnya, ketika ibu menangis lalu anak melihat maka respon anak akan memberikan perhatian, meski masih bayi pun, minimal memeluk atau memegang ibunya. Semua karena di dalam diri anak ada rasa empati. Namun, harus terus diasah agar semakin muncul, bukan sebaliknya.
Setiap bayi yang baru lahir membawa inner strength yang terlihat sejak bayi, batita, hingga balita. Namun, seiring berjalannya waktu dan lingkungan yang bisa membuat inner strength anak mengecil, bahkan bisa tidak terlihat sama sekali. Terlebih ketika anak sudah menginjak usia sekolah, terkadang orang tua fokus terhadap prestasi akademiknya saja.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa orang tua lakukan untuk mengembangkan inner strength pada anak. Bahkan, orang tua bisa melakukan 7 hal sederhana ini dari rumah saja. Antara lain:
Anak harus belajar mengenali perasaan sehingga bisa mengetahui bagaimana cara mengungkapkan yang tepat. Misalnya, ketika anak sudah terbiasa mengenali perasaan marah, maka dia tidak akan langsung membanting barang, tetapi bisa menyampaikan dahulu, seperti, “Saya marah!” Salah satu cara, orang tua bisa bertanya bagaimana perasaan anak setiap hari. Jika anak belum bisa menjawab, bisa mengenali dahulu beberapa perasaan, seperti marah, senang, sedih, dan takut.
Bisa tanyakan kegiatan anak di sekolah setiap hari. Dengan begitu, anak akan terbiasa bercerita kepada orang tuanya, kemudian dia akan percaya diri bercerita kepada teman-temannya, hingga menjadi anak yang percaya diri ketika harus berbicara di mana saja. Namun, orang tua harus fokus mendengarkan selama anak bercerita, dan letakkan handphone.
Jika anak merasa putus asa belajar mata pelajaran tertentu, maka coba kenali gaya belajarnya. Misalnya, ada anak yang tipe belajarnya adalah auditory atau mendengarkan, maka perlu orang tua yang menjelaskan secara langsung, bukan seperti guru di depan kelas yang banyak anaknya. Tipe ini juga bisa belajar lewat video.
Kenali apa kelebihan dan kelemahan anak. Misalnya, anak unggul di bidang bahasa maka arahkan dengan mengajak membuat cerita, atau mendongeng, atau apa saja yang masih berkaitan dengan dunia bahasa. Sebaliknya, jika kelemahan anak adalah matematika, maka cari gaya belajar yang tepat.
Bisa juga, anak tidak hanya berteman di sekolah dan dengan anak-anak tetangga. Anak juga bisa berkomunitas. Misalnya, anak punya hobi apa? Maka coba dari wadah di bidang tersebut, sekaligus anak bisa belajar beradaptasi di lingkungan baru. Ketika anak suka bermain bola, maka bisa cari sekolah bola. Berkomunitas bisa mengasah inner strength anak.
Ketika berkomunitas, anak tidak hanya belajar adaptasi di lingkungan baru, tetapi anak juga belajar bekerja sama. Misalnya, memasukkan anak ke sekolah bola, maka akan bertemu dengan teman lain, lalu sama-sama bekerja sama menjadi tim.
Saat berkomunitas, anak akan bertemu dengan anak lagi, sehingga pasti ada konflik. Baik itu konflik yang sederhana atau besar. Saat ada konflik, justru orang tua harus senang karena itu saatnya anak belajar menghadapi konflik. Misalnya, di sekolah bola, ada teman satu tim yang sering melakukan kesalahan, lalu bagaimana anak harus bersikap? Secara tidak langsung akan belajar saat di sekolah bola tersebut.
Bukankah orang tua merasa sedih ketika rumah sepi karena anak sakit, dan diam, lalu tergolek lemas di atas kasur? Karena salah satu kebutuhan anak adalah bergerak. Yang perlu orang tua lakukan adalah mengarahkan rasa ingin tahu anak dengan banyak bergerak itu, ke wadah yang tepat.
Misalnya, anak yang tidak bisa duduk tenang di bangku sekolah, mungkin kebutuhan bergeraknya kurang disalurkan, atau anak yang sering menendang barang di dalam rumah juga mungkin kebutuhan gerakannya belum tuntas. Mari, mencari wadah yang tepat.
Salah satu wadah untuk menyalurkan kebutuhan gerak anak, sekaligus yang bisa mengembangkan inner strength anak adalah, di sekolah bola. Pasalnya, anak akan belajar sambil bergerak, entah itu saat belajar teknik dasar bermain bola hingga sampai pertandingan bola.
Tidak banyak yang tahu manfaat sepak bola, ternyata bukan hanya untuk kesehatan (atau fisik) anak saja. Melalui kegiatan bermain sepak bola, bisa mengembangkan inner strength anak.
Bermain sepak bola itu tidak hanya bermain, tapi anak-anak juga akan belajar. Hal ini yang masih jarang diketahui oleh orang tua. Ada banyak manfaat, tidak hanya manfaat kesehatan anak saja, ketika anak aktif bermain sepak bola. Setidaknya ada 10 manfaat, bahkan bisa lebih, ketika anak rutin bermain sepak bola.
Kemampuan motorik anak adalah hal penting karena berdampak pada perkembangan otaknya. Anak dari bayi sampai dengan usia 12 tahun membutuhkan kegiatan yang bisa mengasah motoriknya. Untuk usia di atas 6 tahun, motorik anak semakin berkembang, seperti bisa melakukan koordinasi otak, jari, dan kaki dengan tepat.
Begitu pula ketika bermain sepak bola, anak akan belajar bagaimana menggerakkan kaki ketika mengarahkan bola. Anak akan belajar mengontrol berapa tenaga yang dikeluarkan agar bola tidak melenceng jauh dan tidak juga terlalu dekat ketika ditendang.
Termasuk ketika latihan bola sendiri, anak akan mengatur keseimbangan diri agar bisa bermain bola beberapa detik tanpa bisa menjatuhkan bola di lantai.
Kemampuan fokus ini juga perlu dilatih sejak anak-anak. Apa jadinya jika anak tidak terbiasa fokus? Maka ketika dewasa juga akan terbawa. Misalnya, ketika ada masalah maka akan memilih lari dari pada fokus mencari solusi, atau ketika mengerjakan sesuatu tidak bisa sampai tuntas karena tidak fokus dan tertarik ke hal lain dulu.
Ketika latihan bola sendiri, anak akan belajar fokus terhadap bola agar tidak terjatuh ke lantai. Begitu pula ketika bermain sepak bola dengan tim, anak akan belajar fokus terhadap gerakan bola, meski suara penonton mencoba mengganggunya, tetap anak akan belajar fokus, agar bisa memasukkan bola ke gawang.
Saat bermain bola, anak akan belajar mengasah refleknya dengan tepat. Ketika ada bola yang datang maka secara reflek bisa mengarahkan dengan kaki, atau bisa menangkap lemparan bola dengan kakinya, sehingga anak pun tangkas.
Saat anak latihan bola sendiri, seperti memasukkan bola ke gawang dan berkali-kali berhasil, hal ini bisa mengembangkan rasa percaya dirinya. “Oh, ternyata saya bisa ya memasukkan bola ke gawang.” Jangan melihat hal itu sepele, tapi bisa membuat anak percaya diri, lalu mencoba hal yang lebih menantang lagi.
Begitu pula ketika ikut pertandingan bola, yang dilihat oleh beberapa penonton, dan penonton yang tidak dikenal oleh anak. Anak akan belajar percaya diri dengan bermain sepak bola sebaik mungkin di hadapan penonton tersebut. Mungkin pada awalnya, anak kerap melakukan kesalahan saat pertandingan, tidak apa-apa karena bisa jadi karena grogi. Maka, biarkan anak terus saat di pertandingan.
Pernahkah melihat anak yang berlari tanpa peduli sebelah kiri dan kanannya sehingga bisa menyenggol dan memecahkan barang di sekitar? Ya, karena anak tersebut belum memiliki kontrol diri yang tepat.
Saat belajar sepak bola, anak akan belajar bagaimana mengomtrol gerakannya agar bola bisa bergerak sesuai keinginannya. Misalnya, tenaganya harus kuat ketika akan melemparkan umpan bola ke teman satu tim yang agak jauh, sedangkan ia menggunakan sedikit tenaga ketika memberikan bola kepada teman satu tim yang posisinya dekat.
Ketika anak bermain bola sudah terbiasa melakukan kontrol diri, maka akan terbawa ke kehidupan sehari-hari. Kontrol diri anak akan semakin sempurna.
Saat bermain bola sendiri, sebenarnya anak akan belajar bagaimana membuat keputusan yang cepat. Misalnya, ketika belajar menendang bola agar bisa masuk ke gawang, maka ia membuat keputusan yang cepat, apakah mengarahkan bola di bagian atas gawang atau mengarahkan bola ke kiri atau kanan kiper agar tidak tertangkap kiper.
Anak akan terbiasa membuat keputusan cepat meski di dalam 1 pertandingan bola saja. Mulai akan mengarahkan bola ke siapa dan ke mana, hingga akan menggiring bola ke sebelah mana. Secara tidak sadar, anak akan terbiasa membuat keputusan yang cepat. Meski awalnya sering salah, tidak apa-apa.
Ketika bermain bola, pasti ada konflik seperti ada teman yang cedera. Momen ini bisa membuat anak latihan apakah ia peka terhadap temannya atau tidak. Apalagi ketika anak menjadi kapten maka harus memiliki rasa empati besar terhadap semua di dalam timnya.
Begitu pula ketika di pertandingan. Bagaimana respon anak melihat tim lawan yang kalah? Adakah rasa empati dengan tidak memberi olokan? Atau justru tetap santai dan tetap berteman dengan tim lawan?
Hal ini terlihat sederhana tapi penting untuk menumbuhkan rasa empati anak lewat bermain sepak bola. Jika sejak anak-anak terbiasa mengasah rasa empatinya, maka kelak dewasa akan terus bersikap yang sama.
Ada 2 hal di dunia komunikasi yang bisa dipelajari anak ketika bermain sepak bola. Antara lain memahami instruksi dan mengeluarkan pendapatnya.
Kemampuan anak memahami instruksi sangatlah penting. Apa yang dikatakan oleh pelatih, lalu apakah anak akan paham dan bisa melalukan sesuai perintah pelatih? Ini terlihat sepele tapi bermanfaat bagi anak.
Selain itu, saat latihan apakah anak memiliki ide dan bisa menyampaikannya kepada pelatih dan seluruh tim? Anak akan berlatih bagaimana mengungkapkan pendapatnya, agar bisa membuat tim bola yang solid.
Seperti tulisan saya di atas, sebelum anak ikut perlombaan sebaiknya mengenal tentang kerja sama dulu. Kenapa? Karena anak akan belajar bagaimana menghadapi banyak karakter temannya yang berbeda-beda. Ada teman yang nggak mau dikasih tahu, ada teman yang iya-iya saja, ada teman yang diam saja, dan lainnya.
Ketika latihan sepak bola, anak akan belajar bagaimana bekerja sama karena kelak jika menang ya karena kerja sama, bukan karena diri sendiri saja. Anak tidak bisa seenaknya meminta teman langsung memasukkan bola ke gawang, tapi harus mendengarkan alasan teman karena kondisi saat itu yang tidak bisa asal menendang bola. Kerja sama adalah keahlian penting bagi anak.
Sedih ya mendengar berita tawuran karena tim kalah. Artinya, belum bisa menghadapi kekalahan. Itulah kenapa harus belajar kerja sama dahulu, sebelum pertandingan.
Berbeda jika anak yang kenal dengan kerja sama dahulu, maka ketika kalah akan lebih siap menerima. Pasalnya ia tahu, ketika menang karena kerja sama tim, lalu ketika kalah juga harus evaluasi tim, tidak asal menyalahkan teman, atau tidak lantas membuatnya cepat putus asa. Sebaliknya, anak yang sering lomba dan menang sejak dini akan jarang belajar menghadapi kekalahan.
Ketika sudah mengetahui kalau setiap anak pasti memiliki inner strength, lalu salah satu caranya adalah mengajak anak bermain bola, karena anak suka aktivitas fisik. Selanjutnya, di mana mencari wadah bermain bola sekaligus bisa mengembangkan inner strength anak? Pasalnya, harus menemukan wadah yang tepat.
Ini yang paling mudah dan sederhana dilakukan. Orang tua bisa mengajak anak bermain bola bersama, karena bisa dilakukan di halaman rumah, di taman kompleks, hingga bisa dilakukan kapan saja. Momen ini juga bisa menambah kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak. Bahkan, modalnya hanya bola plastik yang sangat terjangkau itu pun sudah bisa.
Saat ini, banyak sekolah yang mengadakan ekstrakurikuler sepak bola atau futsal. Orang tua bisa mengajak anak untuk ikut di ekstrakurikuler tersebut. Anak juga akan belajar bertemu dengan adik kelas, atau teman sekelas, hingga kakak kelas, sehingga seklaigus belajar adaptasi juga.
Agar lebih memaksimalkan inner strength anak, maka bisa memasukkan anak ke sekolah bola. Pasalnya, di sekolah bola akan masuk ke lingkungan baru, pelatih yang baru dikenalnya, hingga teman-teman yang baru juga. Umumnya, murid di sekolah bola berasal dari berbagai sekolah sehingga anaknya beragam karakter dan latar belakang. Ketika bersosialisasi dengan teman baru bisa belajar meningkatkan percaya dirinya.
Salah satunya, bisa masuk ke Sekolah Bola Online BISKUAT ACADEMY 2022, yang sudah ada sejak tahun 2019 lalu sehingga lebih memiliki pengalaman mendidik anak-anak. Selain itu, meski di masa pandemi tetapi sekolah bola tetap bisa berlangsung lewat online, agar anak-anak tetap mendapatkan stimulasi dan beraktivitas fisik.
Biskuat Academy adalah salah satu sekolah bola yang berlangsung secara online, karena masih di masa endemi tahun 2022 ini. Biskuat Academy 2022 hadir untuk mendukung semua anak bisa mengeluarkan inner strength melalui aktivitas sepak bola.
Sejak pertama hadir, yaitu di tahun 2019, langsung mendapatkan dukungan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Lalu di tahun 2021 juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Di tahun pertama, Biskuat Academy diikuti oleh 9600 peserta. Satu tahun kemudian dan meski harus berlangsung secara online, sudah diikuti oleh 12.000 peserta. Jumlah peserta semakin naik di tahun 2021 mencapai 27.000 anak. Sementara di tahun 2022 ini, ada lebih dari 50.000 peserta yang siap berlatih dan mengembangkan inner strength.
Selama mengikuti Biskuat Academy 2022, anak akan mengikuti kelas sejak 25 September lalu hingga tanggal 18 Desember 2022 nanti. Total sekitar ada 7 kelas yang bisa diikuti. Sedangkan Grand Final Sekolah Bola Online akan diselenggarakan pada 22 Januari 2023. Sang pemenang akan dapat kesempatan tur ke stadion sepak bola di Eropa, sehingga menjadi momen yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
Tahun 2022 menjadi semakin spesial bagi Biskuat Academy karena menghadirkan Physical Education (PE) Teacher Workshop. Yaitu utnuk guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) di tingkat Sekolah Dasar melalui Workshop Pengembangan Kompetensi pada tanggal 15 Oktober 2022.
Biskuat percaya bahwa setiap anak memiliki potensi inner strength yang perlu dikembangkan. Tidak hanya inner strength, Biskuat juga mendukung perkembangan anak melalui nutrisi yang terkandung di dalamnya. Biskuat adalah salah satu brand unggulan Mondelez Indonesia, yang juga bagian dari Mondelēz International, Inc. (NASDAQ: MDLZ). Pemimpin global di kategori cokelat, biskuit, permen dan minuman bubuk, yang berkomitmen melalui camilan yang tepat, di waktu yang tepat, serta dibuat dengan cara yang tepat pula.
JADI, prestasi tak selalu dari nilai.
Anak pintar tidak hanya dilihat dari nilai rapor di sekolah. Justru bisa mengembangkan inner strength yang jauh lebih penting. Pasalnya, anak yang percaya diri, anak yang memiliki empati yang kuat, anak yang pantang menyerah, akan lebih mudah beradaptasi di segala situasi dan kondisi.
Kalau menurut saya,
Setiap anak lahir dengan fisik dan psikis tertentu.
Bedanya, fisik kemungkinan besar tidak berubah, sedangkan psikis sangat bisa.
APA ITU INNER STRENGTH?
Nah, psikis yang berubah itu karena orang tua mengenali dan mengembangkan inner strength anak. Lebih jelasnya, berikut ini definisi inner strength dari motivator, Tony Robbins.
Psychologists use the term “inner strength” to refer loosely to the wide range of mental and emotional resources (behaviors, skills and attitudes) that keep us stable and adaptable in life.
Sekali lagi, inner strength pada anak tidak akan muncul dengan sendirinya. Semuanya membutuhkan proses, semua membutuhkan stimulasi, semua membutuhkan kegiatan yang tepat untuk anak agar inner strength tersebut bisa muncul. Jadi, jangan buru-buru memberi label, “Anak saya pemalu,” tetapi coba mencari cara untuk mengeluarkan inner strength anak dahulu.
CONTOH INNER STRENGTH APA SAJA?
Beberapa contoh inner strength menurut Tony Robbins ada di gambar di bawah ini.
Lebih mudahnya, ada 5 (bahkan bisa lebih) karakter anak yang muncul jika orang tua mengasah inner strength sejak dini. Antara lain:
1. Percaya diri
Pada dasarnya, semua anak memiliki rasa percaya diri, tetapi seiring pertumbuhannya ada lingkungan yang membuat rasa percaya dirinya tertutup. Misalnya, ketika anak sudah bisa memilih bajunya sendiri, maka biarkan karena bisa mengasah rasa percaya diri. Berbeda jika semua sudah diatur oleh orang tua, sampai hal terkecil seperti pemilihan baju, sehingga tidak terbiasa membuat keputusan dan tidak percaya diri kalau sebenarnya dia punya kemampuan tersebut.
2. Tidak mudah putus asa
Pernahkan anak berkata, “Saya nggak bisa pelajaran matematika,” sehingga setiap ada tugas matematika di rumah selalu mengeluh. Maka, anak mulai menunjukkan rasa mudah putus asa. Sementara setiap anak punya inner strength yaitu tidak mudah putus asa. Buktinya dulu waktu belajar jalan, terjatuh berkali-kali, tetap terus belajar jalan kan?
3. Berani
Semua anak itu sebenarnya berani. Namun, ada lingkungan yang membuatnya jadi takut. Misalnya, melihat orang tuanya yang takut saat listrik mati, atau anak melihat video hantu dan tokohnya terlihat ketakutan, atau bermain hantu dengan anak-anak lain dan harus ketakutan, semuanya yang mengubah anak menjadi penakut. Maka, mulai berhenti menakuti anak juga.
4. Punya banyak ide
Setiap anak itu kreatif dan punya banyak ide. Setuju kan, kalau pikiran anak itu sederhana tapi “dalam”. Terbukti anak suka bertanya hal-hal yang bahkan orang dewasa susah menjawabnya. Misalnya, ada balita yang bermain dispenser, alasannya, “Ingin mencuci piring dan gelas." Di imajinasinya, kran dispenser seperti kran di tempat cuci piring.
5. Baik hati
Semua ibu pasti pernah merasakan perhatian dari anak. Misalnya, ketika ibu menangis lalu anak melihat maka respon anak akan memberikan perhatian, meski masih bayi pun, minimal memeluk atau memegang ibunya. Semua karena di dalam diri anak ada rasa empati. Namun, harus terus diasah agar semakin muncul, bukan sebaliknya.
Setiap bayi yang baru lahir membawa inner strength yang terlihat sejak bayi, batita, hingga balita. Namun, seiring berjalannya waktu dan lingkungan yang bisa membuat inner strength anak mengecil, bahkan bisa tidak terlihat sama sekali. Terlebih ketika anak sudah menginjak usia sekolah, terkadang orang tua fokus terhadap prestasi akademiknya saja.
Seimbangkan antara kemampuan akademik dan non akademik seperti mengasah inner strength agar kelak menjadi anak yang tidak hanya cerdas, tapi juga mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi.
BAGAIMANA MENGASAH INNER STRENGTH?
Ada beberapa hal sederhana yang bisa orang tua lakukan untuk mengembangkan inner strength pada anak. Bahkan, orang tua bisa melakukan 7 hal sederhana ini dari rumah saja. Antara lain:
1. Tanyakan bagaimana perasaannya setiap hari
Anak harus belajar mengenali perasaan sehingga bisa mengetahui bagaimana cara mengungkapkan yang tepat. Misalnya, ketika anak sudah terbiasa mengenali perasaan marah, maka dia tidak akan langsung membanting barang, tetapi bisa menyampaikan dahulu, seperti, “Saya marah!” Salah satu cara, orang tua bisa bertanya bagaimana perasaan anak setiap hari. Jika anak belum bisa menjawab, bisa mengenali dahulu beberapa perasaan, seperti marah, senang, sedih, dan takut.
2. Fokus mendengarkan cerita anak
Bisa tanyakan kegiatan anak di sekolah setiap hari. Dengan begitu, anak akan terbiasa bercerita kepada orang tuanya, kemudian dia akan percaya diri bercerita kepada teman-temannya, hingga menjadi anak yang percaya diri ketika harus berbicara di mana saja. Namun, orang tua harus fokus mendengarkan selama anak bercerita, dan letakkan handphone.
3. Mengenali gaya belajar
Jika anak merasa putus asa belajar mata pelajaran tertentu, maka coba kenali gaya belajarnya. Misalnya, ada anak yang tipe belajarnya adalah auditory atau mendengarkan, maka perlu orang tua yang menjelaskan secara langsung, bukan seperti guru di depan kelas yang banyak anaknya. Tipe ini juga bisa belajar lewat video.
4. Memetakan kelebihan dan kekurangan
Kenali apa kelebihan dan kelemahan anak. Misalnya, anak unggul di bidang bahasa maka arahkan dengan mengajak membuat cerita, atau mendongeng, atau apa saja yang masih berkaitan dengan dunia bahasa. Sebaliknya, jika kelemahan anak adalah matematika, maka cari gaya belajar yang tepat.
5. Ajak bersosialisasi
Bisa juga, anak tidak hanya berteman di sekolah dan dengan anak-anak tetangga. Anak juga bisa berkomunitas. Misalnya, anak punya hobi apa? Maka coba dari wadah di bidang tersebut, sekaligus anak bisa belajar beradaptasi di lingkungan baru. Ketika anak suka bermain bola, maka bisa cari sekolah bola. Berkomunitas bisa mengasah inner strength anak.
6. Berkomunitas sekaligus belajar bekerja sama
Ketika berkomunitas, anak tidak hanya belajar adaptasi di lingkungan baru, tetapi anak juga belajar bekerja sama. Misalnya, memasukkan anak ke sekolah bola, maka akan bertemu dengan teman lain, lalu sama-sama bekerja sama menjadi tim.
Anak sebaiknya dikenalkan terhadap kerja sama dulu, sebelum mengikuti perlombaan, agar mencetak jiwa yang siap berkompetisi.
7. Di sekolah nonformal bisa belajar mengatasi konflik
Saat berkomunitas, anak akan bertemu dengan anak lagi, sehingga pasti ada konflik. Baik itu konflik yang sederhana atau besar. Saat ada konflik, justru orang tua harus senang karena itu saatnya anak belajar menghadapi konflik. Misalnya, di sekolah bola, ada teman satu tim yang sering melakukan kesalahan, lalu bagaimana anak harus bersikap? Secara tidak langsung akan belajar saat di sekolah bola tersebut.
Anak pasti tidak bisa diam karena ingin belajar di dunia yang baru dilihatnya.
Bukankah orang tua merasa sedih ketika rumah sepi karena anak sakit, dan diam, lalu tergolek lemas di atas kasur? Karena salah satu kebutuhan anak adalah bergerak. Yang perlu orang tua lakukan adalah mengarahkan rasa ingin tahu anak dengan banyak bergerak itu, ke wadah yang tepat.
Misalnya, anak yang tidak bisa duduk tenang di bangku sekolah, mungkin kebutuhan bergeraknya kurang disalurkan, atau anak yang sering menendang barang di dalam rumah juga mungkin kebutuhan gerakannya belum tuntas. Mari, mencari wadah yang tepat.
Salah satu wadah untuk menyalurkan kebutuhan gerak anak, sekaligus yang bisa mengembangkan inner strength anak adalah, di sekolah bola. Pasalnya, anak akan belajar sambil bergerak, entah itu saat belajar teknik dasar bermain bola hingga sampai pertandingan bola.
Tidak banyak yang tahu manfaat sepak bola, ternyata bukan hanya untuk kesehatan (atau fisik) anak saja. Melalui kegiatan bermain sepak bola, bisa mengembangkan inner strength anak.
10 MANFAAT BERMAIN SEPAK BOLA
Bermain sepak bola itu tidak hanya bermain, tapi anak-anak juga akan belajar. Hal ini yang masih jarang diketahui oleh orang tua. Ada banyak manfaat, tidak hanya manfaat kesehatan anak saja, ketika anak aktif bermain sepak bola. Setidaknya ada 10 manfaat, bahkan bisa lebih, ketika anak rutin bermain sepak bola.
1. Mengasah kemampuan motorik anak
Kemampuan motorik anak adalah hal penting karena berdampak pada perkembangan otaknya. Anak dari bayi sampai dengan usia 12 tahun membutuhkan kegiatan yang bisa mengasah motoriknya. Untuk usia di atas 6 tahun, motorik anak semakin berkembang, seperti bisa melakukan koordinasi otak, jari, dan kaki dengan tepat.
Begitu pula ketika bermain sepak bola, anak akan belajar bagaimana menggerakkan kaki ketika mengarahkan bola. Anak akan belajar mengontrol berapa tenaga yang dikeluarkan agar bola tidak melenceng jauh dan tidak juga terlalu dekat ketika ditendang.
Termasuk ketika latihan bola sendiri, anak akan mengatur keseimbangan diri agar bisa bermain bola beberapa detik tanpa bisa menjatuhkan bola di lantai.
2. Melatih fokus anak
Kemampuan fokus ini juga perlu dilatih sejak anak-anak. Apa jadinya jika anak tidak terbiasa fokus? Maka ketika dewasa juga akan terbawa. Misalnya, ketika ada masalah maka akan memilih lari dari pada fokus mencari solusi, atau ketika mengerjakan sesuatu tidak bisa sampai tuntas karena tidak fokus dan tertarik ke hal lain dulu.
Ketika latihan bola sendiri, anak akan belajar fokus terhadap bola agar tidak terjatuh ke lantai. Begitu pula ketika bermain sepak bola dengan tim, anak akan belajar fokus terhadap gerakan bola, meski suara penonton mencoba mengganggunya, tetap anak akan belajar fokus, agar bisa memasukkan bola ke gawang.
3. Melatih ketangkasan anak
Ketika anak bermain sepak bola dengan tim, secara tidak langsung membuat anak akan belajar bagaimana cepat membuat keputusan.Ketika menerima lemparan bola dari teman satu tim, maka otak anak akan latihan bergerak sambil berpikir harus membawa bola ke mana? Ke sebelah kiri dulu? Atau langsung melempar ke gawang? Atau ke mana dulu? Anak harus cepat membuat keputusan atau bolanya terburu diambil oleh lawan.
4. Percaya diri
Saat anak latihan bola sendiri, seperti memasukkan bola ke gawang dan berkali-kali berhasil, hal ini bisa mengembangkan rasa percaya dirinya. “Oh, ternyata saya bisa ya memasukkan bola ke gawang.” Jangan melihat hal itu sepele, tapi bisa membuat anak percaya diri, lalu mencoba hal yang lebih menantang lagi.
Begitu pula ketika ikut pertandingan bola, yang dilihat oleh beberapa penonton, dan penonton yang tidak dikenal oleh anak. Anak akan belajar percaya diri dengan bermain sepak bola sebaik mungkin di hadapan penonton tersebut. Mungkin pada awalnya, anak kerap melakukan kesalahan saat pertandingan, tidak apa-apa karena bisa jadi karena grogi. Maka, biarkan anak terus saat di pertandingan.
5. Kontrol diri
Pernahkah melihat anak yang berlari tanpa peduli sebelah kiri dan kanannya sehingga bisa menyenggol dan memecahkan barang di sekitar? Ya, karena anak tersebut belum memiliki kontrol diri yang tepat.
Saat belajar sepak bola, anak akan belajar bagaimana mengomtrol gerakannya agar bola bisa bergerak sesuai keinginannya. Misalnya, tenaganya harus kuat ketika akan melemparkan umpan bola ke teman satu tim yang agak jauh, sedangkan ia menggunakan sedikit tenaga ketika memberikan bola kepada teman satu tim yang posisinya dekat.
Ketika anak bermain bola sudah terbiasa melakukan kontrol diri, maka akan terbawa ke kehidupan sehari-hari. Kontrol diri anak akan semakin sempurna.
6. Belajar membuat keputusan
Saat bermain bola sendiri, sebenarnya anak akan belajar bagaimana membuat keputusan yang cepat. Misalnya, ketika belajar menendang bola agar bisa masuk ke gawang, maka ia membuat keputusan yang cepat, apakah mengarahkan bola di bagian atas gawang atau mengarahkan bola ke kiri atau kanan kiper agar tidak tertangkap kiper.
Anak akan terbiasa membuat keputusan cepat meski di dalam 1 pertandingan bola saja. Mulai akan mengarahkan bola ke siapa dan ke mana, hingga akan menggiring bola ke sebelah mana. Secara tidak sadar, anak akan terbiasa membuat keputusan yang cepat. Meski awalnya sering salah, tidak apa-apa.
7. Melatih rasa empati
Ketika bermain bola, pasti ada konflik seperti ada teman yang cedera. Momen ini bisa membuat anak latihan apakah ia peka terhadap temannya atau tidak. Apalagi ketika anak menjadi kapten maka harus memiliki rasa empati besar terhadap semua di dalam timnya.
Begitu pula ketika di pertandingan. Bagaimana respon anak melihat tim lawan yang kalah? Adakah rasa empati dengan tidak memberi olokan? Atau justru tetap santai dan tetap berteman dengan tim lawan?
Hal ini terlihat sederhana tapi penting untuk menumbuhkan rasa empati anak lewat bermain sepak bola. Jika sejak anak-anak terbiasa mengasah rasa empatinya, maka kelak dewasa akan terus bersikap yang sama.
8. Melatih kemampuan komunikasi
Ada 2 hal di dunia komunikasi yang bisa dipelajari anak ketika bermain sepak bola. Antara lain memahami instruksi dan mengeluarkan pendapatnya.
Di sepak bola, anak akan belajar bagaimana memahami instruksi, dan mengungkapkan idenya untuk membuat tim bola yang solid.
Selain itu, saat latihan apakah anak memiliki ide dan bisa menyampaikannya kepada pelatih dan seluruh tim? Anak akan berlatih bagaimana mengungkapkan pendapatnya, agar bisa membuat tim bola yang solid.
9. Belajar bekerja sama
Seperti tulisan saya di atas, sebelum anak ikut perlombaan sebaiknya mengenal tentang kerja sama dulu. Kenapa? Karena anak akan belajar bagaimana menghadapi banyak karakter temannya yang berbeda-beda. Ada teman yang nggak mau dikasih tahu, ada teman yang iya-iya saja, ada teman yang diam saja, dan lainnya.
Ketika latihan sepak bola, anak akan belajar bagaimana bekerja sama karena kelak jika menang ya karena kerja sama, bukan karena diri sendiri saja. Anak tidak bisa seenaknya meminta teman langsung memasukkan bola ke gawang, tapi harus mendengarkan alasan teman karena kondisi saat itu yang tidak bisa asal menendang bola. Kerja sama adalah keahlian penting bagi anak.
10. Menghadapi kekalahan
Sedih ya mendengar berita tawuran karena tim kalah. Artinya, belum bisa menghadapi kekalahan. Itulah kenapa harus belajar kerja sama dahulu, sebelum pertandingan.
Anak yang sejak kecil diikutsertakan lomba dan menang, maka sekali kalah akan kecewa berat hingga bisa menyalahkan temannya.
MENCARI WADAH BERMAIN SEPAK BOLA SEKALIGUS MENGEMBANGKAN INNER STRENGTH
Ketika sudah mengetahui kalau setiap anak pasti memiliki inner strength, lalu salah satu caranya adalah mengajak anak bermain bola, karena anak suka aktivitas fisik. Selanjutnya, di mana mencari wadah bermain bola sekaligus bisa mengembangkan inner strength anak? Pasalnya, harus menemukan wadah yang tepat.
1. Bermain sepak bola dengan orang tua dahulu
Ini yang paling mudah dan sederhana dilakukan. Orang tua bisa mengajak anak bermain bola bersama, karena bisa dilakukan di halaman rumah, di taman kompleks, hingga bisa dilakukan kapan saja. Momen ini juga bisa menambah kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak. Bahkan, modalnya hanya bola plastik yang sangat terjangkau itu pun sudah bisa.
2. Mengikuti ekstrakurikuler sepak bola di sekolah
Saat ini, banyak sekolah yang mengadakan ekstrakurikuler sepak bola atau futsal. Orang tua bisa mengajak anak untuk ikut di ekstrakurikuler tersebut. Anak juga akan belajar bertemu dengan adik kelas, atau teman sekelas, hingga kakak kelas, sehingga seklaigus belajar adaptasi juga.
3. Mengikuti sekolah sepak bola
Agar lebih memaksimalkan inner strength anak, maka bisa memasukkan anak ke sekolah bola. Pasalnya, di sekolah bola akan masuk ke lingkungan baru, pelatih yang baru dikenalnya, hingga teman-teman yang baru juga. Umumnya, murid di sekolah bola berasal dari berbagai sekolah sehingga anaknya beragam karakter dan latar belakang. Ketika bersosialisasi dengan teman baru bisa belajar meningkatkan percaya dirinya.
Salah satunya, bisa masuk ke Sekolah Bola Online BISKUAT ACADEMY 2022, yang sudah ada sejak tahun 2019 lalu sehingga lebih memiliki pengalaman mendidik anak-anak. Selain itu, meski di masa pandemi tetapi sekolah bola tetap bisa berlangsung lewat online, agar anak-anak tetap mendapatkan stimulasi dan beraktivitas fisik.
FAKTA Sekolah Bola Online BISKUAT ACADEMY 2022
Biskuat Academy adalah salah satu sekolah bola yang berlangsung secara online, karena masih di masa endemi tahun 2022 ini. Biskuat Academy 2022 hadir untuk mendukung semua anak bisa mengeluarkan inner strength melalui aktivitas sepak bola.
Momen Biskuat Academy 2022 berharap bisa mencetak anak-anak yang tidak hanya cerdas dan sehat, tetapi juga bersikap yang baik setelah mengembangkan inner strength.
1. Sudah ada sejak tahun 2019
Sejak pertama hadir, yaitu di tahun 2019, langsung mendapatkan dukungan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Lalu di tahun 2021 juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Biskuat Academy sudah mendapatkan dukungan dari Kemenpora dan Kemendikbud Ristek.
2. Jumlah peserta yang terus bertambah
Di tahun pertama, Biskuat Academy diikuti oleh 9600 peserta. Satu tahun kemudian dan meski harus berlangsung secara online, sudah diikuti oleh 12.000 peserta. Jumlah peserta semakin naik di tahun 2021 mencapai 27.000 anak. Sementara di tahun 2022 ini, ada lebih dari 50.000 peserta yang siap berlatih dan mengembangkan inner strength.
3. Pelatihnya berlisensi internasional
UEFA adalah badan yang mengeluarkan lisensi pelatih sepak bola. Sementara peserta Biskuat Academy akan dilatih oleh pelatih bersertifikasi UEFA A yaitu Coach Timo Scheunemann. Selain itu, ada pula pelatih langsung dari Coach Aji, sehingga menjadi kebanggaan tersendiri ketika anak-anak dilatih langsung oleh orang-orang berkompeten di lingkup internasional.4. Hadiah utama yang menarik
Selama mengikuti Biskuat Academy 2022, anak akan mengikuti kelas sejak 25 September lalu hingga tanggal 18 Desember 2022 nanti. Total sekitar ada 7 kelas yang bisa diikuti. Sedangkan Grand Final Sekolah Bola Online akan diselenggarakan pada 22 Januari 2023. Sang pemenang akan dapat kesempatan tur ke stadion sepak bola di Eropa, sehingga menjadi momen yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
5. Tahun spesial karena ada pelatihan guru sepak bola
Tahun 2022 menjadi semakin spesial bagi Biskuat Academy karena menghadirkan Physical Education (PE) Teacher Workshop. Yaitu utnuk guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) di tingkat Sekolah Dasar melalui Workshop Pengembangan Kompetensi pada tanggal 15 Oktober 2022.
Biskuat percaya bahwa setiap anak memiliki potensi inner strength yang perlu dikembangkan. Tidak hanya inner strength, Biskuat juga mendukung perkembangan anak melalui nutrisi yang terkandung di dalamnya. Biskuat adalah salah satu brand unggulan Mondelez Indonesia, yang juga bagian dari Mondelēz International, Inc. (NASDAQ: MDLZ). Pemimpin global di kategori cokelat, biskuit, permen dan minuman bubuk, yang berkomitmen melalui camilan yang tepat, di waktu yang tepat, serta dibuat dengan cara yang tepat pula.
JADI, prestasi tak selalu dari nilai.
Anak pintar tidak hanya dilihat dari nilai rapor di sekolah. Justru bisa mengembangkan inner strength yang jauh lebih penting. Pasalnya, anak yang percaya diri, anak yang memiliki empati yang kuat, anak yang pantang menyerah, akan lebih mudah beradaptasi di segala situasi dan kondisi.
REVIEW Biskuat Academy 2022
Bisa juga melihat di video ini:Kalau menurut saya,
1. Ini adalah peluang 1 tahun sekali
Jadi jangan dilewatkan begitu saja. Apalagi cara mendaftarnya sangat mudah dan cepat. Cukup membeli kemasan khusus (1 pcs jumbo, 1 pcs B5000, 2 pcs B500, 2 pcs, B1000), lalu mendaftar lewat whatsapp untuk melakukan validasi kode unik, lalu langsung bisa mengakses sekolah bola online.
2. Peluang dilatih pelatih internasional
Hadirnya Biskuat Acdemy adalah peluang besar bagi anak-anak bisa mendapatkan pelatihan sepak bola dari pelatih yang berkompeten, bahkan pelatihnya sudah bertaraf internasional. Anak juga akan semakin percaya diri karena mendapatkan latihan dari pelatih yang ternama. Selain itu, semangat pelatih pun akan menular ke anak.
3. Peluang masuk ke lapangan bola internasional
Hadiah utama sekolah bolanya nggak tanggung-tanggung, tapi bisa pergi ke luar negeri dan menginjakkan kaki langsung ke lapangan yang biasa digunakan pesepak bola internasional bermain. Anak bisa mengabadikan foto atau video dan diungguh ke media sosial sehingga meningkatkan rasa percaya dirinya.
Orang tua bertugas mengarahkan anak. Sementara semua anak terlahir dengan membawa inner strength agar bisa bertahan hidup hingga dewasa kelak. Inner strength anak, seperti sikap percaya diri, mengatur emosi, bernegosiasi, pantang menyerah, membuat keputusan, dan lainnya, tidak akan muncul dengan sendirinya, tapi harus diasah dan berproses.
Salah satunya melalui kegiatan bermain sepak bola, karena memang kebutuhan dasar anak adalah bergerak. Baginya, dunia ini hal baru yang harus dieksplorasi semunya, karena sepak bola tidak hanya bermain tetapi juga belajar bekerja sama.
Siapa tahu, atlet sepak bola nasional nantinya menjadi pesepak bola internasional, atau kelak ada pelatih Indonesia yang melatih tim dunia, semua berawal dari langkah pertama, yaitu masuk ke Sekolah Bola Online Biskuat Academy 2022.
Sumber referensi:
https://www.tonyrobbins.com/business/inner-strength/
https://www.orami.co.id/magazine/amp/perkembangan-motorik#perkembangan-motorik-anak-anak-usia-512-tahun-sekolah-dasar
Comments
Post a Comment