Menurutku, lho, ya, semenjak menjadi copywriting itu kayaknya mirip dengan bunglon. Eit, bukan berarti kamu yang pengen jadi copywriter, harus bisa berubah warna seperti lampu di jalan yang merah terus kuning dan ijo. Tapi seolah jadi “bunglon” jadi pakai tanda kutip.
Masih nggak paham?
Hedeh *siapin pecut, #galaknya...
Gini, deh, aku jelasin, ya:
Baca juga: Tips Copywriting Lainnya
Satu, gaya menulis tergantung klien
Misalnya, klien kamu itu produk kosmetik buat remaja, ya membuat copywriting dengan gaya penulisan gaul khas anak muda. Beda pas kamu menulis copywriting produk buat kalangan emak-emak, ya copywriting harus mewakili dunia para ibu. Maka, jadilah bunglon yang bisa berubah gaya penulisan berdasarkan produk klien. Kalau nggak ya nggak gajian, eh.
Tentu berbeda dengan ketika kamu menulis di blog sendiri atau media sosial milik pribadi, karena bebaaaas. Mau nulis “gaya kodok” atau “gaya kupu-kupu” eh, itu gaya menulis atau gaya renang sih? Maap, aku mulau gagal fokus soalnya Anak Lanang lagi minta renang mulu, hehehe.
Dua, menulis hal yang dicari oleh konsumen
Buat copywriter harus tahu, tulisan apa yang dicari oleh konsumen, tulisan gimana yang disukai oleh mereka. Pokoknya yang bisa menarik perhatian konsumen jadi tanpa disadari mereka sebenarnya membaca tulisan iklan. Tentu saja, menarik perhatian konsumen itu sangat jauh berbeda caranya dengan menarik perhatian suami, ups.
Tiga, tetap menulis dari hati
Meski kamu menulis dengan gaya yang bukan-kamu-banget, ya tetap berusaha hepi. Gimana caranya? Baca referensi nanti lama-lama bisa mengalir menulisnya. Misalnya, aku sudah jadi ibu, terus pernah harus buat copywriting buat produk remaja. Jadilah baca majalah remaja, baca artikel dari website untuk remaja, pokoknya cari bahan bacaan yang disukai pembaca. Dengan gitu, jadi tahu tulisan kayak gimana yang suka dibaca remaja. Jadi, nggak perlu sampai beli baju dan pakai baju SMP pas nulis, hihihi.
Empat, harus bisa “menyatu”
Ya, mirip jadi artis lah. Bedanya, mereka berperan seperti orang lain, sedangkan copywriter berperan lewat tulisan. Jadi, memang harus “menyatu” dengan klien. Kamu harus tahu produk atau jasa yang dijual apa, hingga bagaimana karakter target marketnya. Buat yang gagal mulu jadi artis, bisa banting setir jadi copywriter kayaknya, hehehe. Tenang, agar bisa “menyatu” ini butuh proses. Biasanya, butuh beberapa waktu. Jadi, silahkan menulis dan menulis hingga merasa akhirnya “menyatu”.
Kalau ditanya, “Sebenarnya asyik nggak sih bisa jadi “bunglon” kayak gitu?"
Ya ada asyiknya karena tantangan bisa menulis aneka gaya, tapi bisa mumet (alias pusing) juga sih, hehehe. Tapi menurutku, kalau kamu sudah menjadi emak-emak sih bakal mudah jadi “bunglon”, karena sudah terbiasa jadi “bunglon” seperti ngomel-ngomel sama anak lalu terus menyesal hahaha.
Masih nggak paham?
Hedeh *siapin pecut, #galaknya...
Gini, deh, aku jelasin, ya:
Baca juga: Tips Copywriting Lainnya
Satu, gaya menulis tergantung klien
Misalnya, klien kamu itu produk kosmetik buat remaja, ya membuat copywriting dengan gaya penulisan gaul khas anak muda. Beda pas kamu menulis copywriting produk buat kalangan emak-emak, ya copywriting harus mewakili dunia para ibu. Maka, jadilah bunglon yang bisa berubah gaya penulisan berdasarkan produk klien. Kalau nggak ya nggak gajian, eh.
Tentu berbeda dengan ketika kamu menulis di blog sendiri atau media sosial milik pribadi, karena bebaaaas. Mau nulis “gaya kodok” atau “gaya kupu-kupu” eh, itu gaya menulis atau gaya renang sih? Maap, aku mulau gagal fokus soalnya Anak Lanang lagi minta renang mulu, hehehe.
Dua, menulis hal yang dicari oleh konsumen
Buat copywriter harus tahu, tulisan apa yang dicari oleh konsumen, tulisan gimana yang disukai oleh mereka. Pokoknya yang bisa menarik perhatian konsumen jadi tanpa disadari mereka sebenarnya membaca tulisan iklan. Tentu saja, menarik perhatian konsumen itu sangat jauh berbeda caranya dengan menarik perhatian suami, ups.
Tiga, tetap menulis dari hati
Meski kamu menulis dengan gaya yang bukan-kamu-banget, ya tetap berusaha hepi. Gimana caranya? Baca referensi nanti lama-lama bisa mengalir menulisnya. Misalnya, aku sudah jadi ibu, terus pernah harus buat copywriting buat produk remaja. Jadilah baca majalah remaja, baca artikel dari website untuk remaja, pokoknya cari bahan bacaan yang disukai pembaca. Dengan gitu, jadi tahu tulisan kayak gimana yang suka dibaca remaja. Jadi, nggak perlu sampai beli baju dan pakai baju SMP pas nulis, hihihi.
Empat, harus bisa “menyatu”
Ya, mirip jadi artis lah. Bedanya, mereka berperan seperti orang lain, sedangkan copywriter berperan lewat tulisan. Jadi, memang harus “menyatu” dengan klien. Kamu harus tahu produk atau jasa yang dijual apa, hingga bagaimana karakter target marketnya. Buat yang gagal mulu jadi artis, bisa banting setir jadi copywriter kayaknya, hehehe. Tenang, agar bisa “menyatu” ini butuh proses. Biasanya, butuh beberapa waktu. Jadi, silahkan menulis dan menulis hingga merasa akhirnya “menyatu”.
Kalau ditanya, “Sebenarnya asyik nggak sih bisa jadi “bunglon” kayak gitu?"
Ya ada asyiknya karena tantangan bisa menulis aneka gaya, tapi bisa mumet (alias pusing) juga sih, hehehe. Tapi menurutku, kalau kamu sudah menjadi emak-emak sih bakal mudah jadi “bunglon”, karena sudah terbiasa jadi “bunglon” seperti ngomel-ngomel sama anak lalu terus menyesal hahaha.
Wah bener banget tuh Mbak, kalau di blog sendiri mah bebas hehe
ReplyDeleteHahaha si kecilnya minta berenang mulu ya, yaudah ajak berenang gih hehe
ReplyDeleteWaduh bisa bahaya nih Mbak, kalau mintanya gaya anak gaul. Eh tapi bikinnya gaya emak-emak hehe
ReplyDeleteWah bener juga tuh ya Mbak, bisa menjadi seperti hewan bunglon hehe
ReplyDeleteHarus bisa menyatu itu memang sangat penting ya Mbak, selain yang lainnya
ReplyDeleteBerarti untuk menjadi copy writer yang baik kita harus pinter beradaptasi ya mbak? Minimal beradaptasi dengan jenis orderan tulisannya.
ReplyDeleteTips 2 sama 3 tuh mirip2 sama bloger sebenernya ya mbak. Hehe. Buat jadi copywriter handal ternyata ngga gampang
ReplyDeleteNulis gaya bunglon dibikin asik aja kayaknya, demi rekening menggemuk ya, hihii. Aku nulis di blog sendiri pun kadang jadi bunglon, bisa berubah wujud nulis konten beauty, jadi emak traveler, atau sharing kesehatan, hahahaa
ReplyDeletePR banget ya mbak harus nulis dengan gaya sesuai permintaan klien tapi akhirnya jadi menguasai segala macam gaya tulisan. Keren mbak wuri
ReplyDeleteWah..tantangan sebagai copywriter harus bisa jadi 'bunglon' ya.. Bisa gak ya aku? Hehe.. Trims untuk tips2 nya jadi Bunglon ya..
ReplyDeleteSeru ya wurii pekerjaan copywriter ini. Aku inget pas aku curhat ke kamu, mabok status, karena didaulat jd copywriter sebuah brand wkwkwk. Tapi kalo udah biasa pasti wis lanyah ya, santaiii.
ReplyDeleteBenar banget nih, penulis memang kudu bisa jadi bunglon, pas nulis novel remaja, cerita anak dan nulis artikel pesanan di blog hihihi..harus siap sedia..
ReplyDeleteBike laaahh... ilmu bunglon ya, tadinya nangis2 minta uang belanja, habis itu balik kanan muka langsung ketawa2 :))
ReplyDeleteGaya nulis remaja nih perlu banget dipelajari ya. Banyak istilah dan kosa kata yang mereka gunakan yang rasanya masih asing nih.
Thank you, Mba Wuri... :*
ReplyDeleteSampai sekarang aku masih pengen jadi copywriter. wkwkwkwk. apalagi Mba Wuri sering nebar ratjoen *eh
Ya Allah aku banget iiki bun.
ReplyDeletePusing pol. Sehari nulia wedding, ganti selebriti, ganti neh kamera, dll. Tapi banyak juga belajar hal baru.