Belajar Menjadi Reporter #6: Sukanya Jadi Reporter

Kalau di Seri Belajar Menjadi Reporter sebelumnya, aku selalu curhat, eh, cerita dukanya. Nanti bikin calon reporter batal kirim surat lamaran ke media, deh *didemo pemilik media, huhuhu. Jadi, biar imbang, ya aku cerita sukanya jadi reporter. Tentu selain mendapatkan gaji dari kantor, ya, huehehehe.

Baca: Seri Belajar Menjadi Reporter 1-5

Satu, jalan-jalan gratis. 
Ini pas aku menjadi reporter media audio visual aja, ya. Kalau sekarang kan jadi reporter media online, ya nggak pernah mengalami ini lagi. Meski, tugas liputanku masih di dalam negeri aja sih. Dulu, paling timur pernah ke Sumatera Utara sedangkan paling timur pernah ke Maluku. Alhamdulillah. Sekarang masih bisa jalan-jalan gratis, tapi minta ke suami, ups.

Dua, tahu lebih dulu.
Maklum, dulu pas aku jadi reporter audio visual itu belum ada live IG atau live FB. Jadi, pas liputan ya reporter itu bisa menjadi pihak yang pertama tahu, sebelum masyarakat tahu. Misalnya, aku dulu liputan sebuah acara. Tentu saja, masyarakat tahunya pas hasil liputannya tayang di tivi, ya. Kecuali, kamu yang punya darah-mama-loreng mungkin tahu dulu, ya, hihihi.

Tiga, jam kerja nggak monoton.
Menurutku, ini bisa suka atau dukanya bekerja sebagai reporter. Enaknya, nggak kayak karyawan lain yang harus datang jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Kadang, (waktu masih gadis dan jadi reporter audio visual), aku bisa berangkat kerja jam 12 siang, sesekali juga pulang tengah malam bareng kelelawar berkelairan *atuuut.

Empat, belajar hal baru.
Sebelum menulis naskah, reporter paling tidak tahu apa yang akan ditulis dan disampaikan kepada pemirsa. Pernah juga, aku wawancara orang yang bikin pusing pas bikin naskah. Misalnya, wawancara orang IT yang pakai bahasa IT, ya nama kutahu, ya? yang kutahu hanyalah bahasa cinta, taelaaah.

Lima, tahu hal baru.
Jadi reporter itu bikin aku belajar dan jadi tahu, meski sedikit, mengenai hal baru. Misalnya, aku sekarang sering wawancara emak pebisnis, jadi tahulah apa yang sudah mereka lakukan biar bisa mengembangkan bisnisnya. Meski, aku belum nemu narasumber yang tahu cara menghentikan perkembangan perut yang masih buncit ini, huhuhu.

Enam, punya banyak teman.
Ini jelas! Daftar kontakku selalu bertambah dari waktu ke waktu. Dari mulai kontak artis hingga pejabat (dulu sih pernah wawancara). Kalau sekarang banyakan kontak pebisnis dan penulis. Apalagi pebisnis yang jualan pakaian, mainan anak, buku *duh status WA mereka seputar produk yang dijual sungguh menggoda iman ini.

Tujuh, ketemu jodoh, eh. 
Aku memang ketemu Bapaknya Anak Lanang pas masih kerja sebagai reporter audio visual. Aku reporter dan dia narasumber (meski profesinya juga reporter). Nggak tahunya, 4 tahun kemudian berjodoh, hihihi.

Ibaratnya gini, reporter itu harusnya nggak hanya bisa mancing lewat narasumber mau bercerita banyak pas wawancara, tapi harus bisa memancing narasumber mengajak nikah, taelaaah....

Comments

  1. Wah itu nomer 7 paling bikin happy ketemu jodoh yaitu bapaknya arkan ya mbak wuri :)

    ReplyDelete
  2. Senangnya jadi reporter. Etapi kalau ada peristiwa yang ruar biasa, sukak begadang seharian ga, mbak?

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah kebanyakan ketemu jodoh itu pada bidang yang sefrekuensi ya Bund. Gemes deh, jadi ayahnya anak lanang itu narsumnya dulu ecieee nggak nyangka jodoh ya.

    Aku juga seneng banget kerja jalan-jalan liputan. Tapi belum pernah jadi reporter. Baca postingan ini, jadi tahu keseruan jadi reporter

    ReplyDelete
  4. Jam kerjanya anti mainstream. Kakakku jg ngalamin tuh mba. Jd tiap mau nelpon konfirmasi dulu lg kerja apa engga. Hahaha

    ReplyDelete
  5. Seru ya mbak jd reporter makanya dlu pengen banget masjk komunikasi eh tp Allah pilihin jalan lain hahha

    ReplyDelete
  6. Hiyahhh....ketemu jodoh hehehe...
    Jadi motivasi saya nih. Terus nikah, bisa jalan jalan sama suami. Profesi reporter memang bisa fleksibel yah. Keceee abis

    ReplyDelete
  7. Yang asik tuh ketemu jodoh ya Mbak Wuri, heheheh. Memang kayaknya beda banget dengan kerjaan yang lain deh tugas reporter ituh, tapi menyenangkan :)

    ReplyDelete
  8. Serunya memang bisa jadi tahu hal-hal baru,..

    ReplyDelete
  9. Eh eh eh, endingnya endingnya, krik krik krik, jebule....
    Mbok an dibuatkan postingan, saat reporter kepentok jodoh, eh kepentok, ketemu ndeh.

    ReplyDelete
  10. ingin lagi rasanya kerja jadi reporter atau jurnalis....memang ada suka dukanya. Tapi jadi pengalaman yang berharga ya mba...

    ReplyDelete
  11. Semuanya menyenangkan, Kak hahhaa apalagi yang ketemu jodoh itu :D

    ReplyDelete

Post a Comment