Contoh artikel yang baik?
Emang ada artikel yang jahat?
Eit, sebelumnya, aku mau cerita dikit kalau ini berdasarkan pengalaman pribadi selama menjadi editor media online kantor, ya. Jadi, tulisan yang akan publish di media online tersebut harus melewati aku dulu, ya kayak jadi editor gitu, lah. Umumnya, penulisnya baru belajar menulis jadi sudah terbiasa membaca tulisan mereka yang acak adut *tarik napas panjaaaang, hehehe. Nah, buat kamu yang baru awal-awal belajar menulis, perhatikan dan lakukan beberapa hal ini, biar nggak bikin editor pengen banting-banting laptop mulu #HorangKaya, hihihi.
Satu, tulisannya harus runtun.
Runtun itu alur tulisannya mengalir sesuai urutan. Misalnya habis ngomongin A, selanjutnya membahas B, kemudian C. Sementara, yang baru belajar menulis itu seperti apa yang ada di kepala langsung dikeluarkan gitu. Bisanya nulis A, terus B, lalu balik A lagi, baru lanjut ke C. Yang baca kan bingung, ibaratnya naik roller coaster yang habis naik, turun lagi, terus naik tinggi, sampe terjun bebas #pusying. Tapi nggak apa-apa kalau masih nulis draft pertama, asal lakukan langkah berikutnya, ya, yaitu:
Dua, baca tulisannya dengan volume suara keras tapi ritme-nya pelan-pelan
Yang keras itu volume suara, tapi baca kata per katanya pelan-pelan. Sambil membaca, resapi dan posisikan sebagai pembaca. Nanti ada yang terdengar kurang enak, maka segera edit tulisannya, ya.
“Tapi kalo nggak merasa nggak ada yang salah?”
Ya nggak apa-apa, asal terus lakukan tahap kedua ini, nanti lama-lama bisa tahu sendiri, bagianmana yang harus diedit. Cuek aja kalau orang di sebelah liat kamu sinting gara-gara ngomong keras-keras, ups.
Tiga, belajar EBI.
Alias Ejaan Bahasa Indonesia. Kalau bingung gimana penulisan yang benar, bisa cek kamus atau cek di google juga ada. Hal ini bisa dipelajari sambil jalan terus menulis, kok. Aku juga masih sering lupa, hihihi. Tapi nggak pernah lupa jadwal royalti cair, eh.
Empat, kalimat tidak efektif.
Kalimat tidak efektif itu seharusnya bisa dipangkas biar to the point.
Contoh:
Mawar merupakan sebagai bunga yang disukai oleh anak puteri saya. <= kalimat tidak efektif.
Mawar itu bunga favorit puteri saya. <= jadi kalimat efektif
Ibaratnya, kalo pengen suami pulang kerja bawa jajan favorit, ya bilang aja, nggak perlu pake kata-kata kode, deh. Gitu.
Lima, baca dan baca.
Bacaan itu kan umumnya tulisannya rapi dan runtun. Selama proses membaca itu secara tidak langsung membuat otak kamu berpikir dengan runtun juga, lho. Biasanya, menulis 1 artikel itu, sebaiknya membaca 5-10 artikel. Dibaca dulu aja, ya. Ketika sudah membaca semuanya dan kamu inget intinya di otak, segera tutup semua artikelnya. Baru kamu mulai menulis dari kertas kosong, untuk menghindari tindakan copy paste. Tapi boleh kok menulisnya sambil ngopi-ngopi *wink.
Nah, selamat melakukan 5 hal di atas, ya. Untuk tips nulis lainnya bisa klik SINI, ya #Modus hihihi. Oh ya, ada yang mau menambahkan?
Emang ada artikel yang jahat?
Eit, sebelumnya, aku mau cerita dikit kalau ini berdasarkan pengalaman pribadi selama menjadi editor media online kantor, ya. Jadi, tulisan yang akan publish di media online tersebut harus melewati aku dulu, ya kayak jadi editor gitu, lah. Umumnya, penulisnya baru belajar menulis jadi sudah terbiasa membaca tulisan mereka yang acak adut *tarik napas panjaaaang, hehehe. Nah, buat kamu yang baru awal-awal belajar menulis, perhatikan dan lakukan beberapa hal ini, biar nggak bikin editor pengen banting-banting laptop mulu #HorangKaya, hihihi.
Satu, tulisannya harus runtun.
Runtun itu alur tulisannya mengalir sesuai urutan. Misalnya habis ngomongin A, selanjutnya membahas B, kemudian C. Sementara, yang baru belajar menulis itu seperti apa yang ada di kepala langsung dikeluarkan gitu. Bisanya nulis A, terus B, lalu balik A lagi, baru lanjut ke C. Yang baca kan bingung, ibaratnya naik roller coaster yang habis naik, turun lagi, terus naik tinggi, sampe terjun bebas #pusying. Tapi nggak apa-apa kalau masih nulis draft pertama, asal lakukan langkah berikutnya, ya, yaitu:
Dua, baca tulisannya dengan volume suara keras tapi ritme-nya pelan-pelan
Yang keras itu volume suara, tapi baca kata per katanya pelan-pelan. Sambil membaca, resapi dan posisikan sebagai pembaca. Nanti ada yang terdengar kurang enak, maka segera edit tulisannya, ya.
“Tapi kalo nggak merasa nggak ada yang salah?”
Ya nggak apa-apa, asal terus lakukan tahap kedua ini, nanti lama-lama bisa tahu sendiri, bagianmana yang harus diedit. Cuek aja kalau orang di sebelah liat kamu sinting gara-gara ngomong keras-keras, ups.
Tiga, belajar EBI.
Alias Ejaan Bahasa Indonesia. Kalau bingung gimana penulisan yang benar, bisa cek kamus atau cek di google juga ada. Hal ini bisa dipelajari sambil jalan terus menulis, kok. Aku juga masih sering lupa, hihihi. Tapi nggak pernah lupa jadwal royalti cair, eh.
Empat, kalimat tidak efektif.
Kalimat tidak efektif itu seharusnya bisa dipangkas biar to the point.
Contoh:
Mawar merupakan sebagai bunga yang disukai oleh anak puteri saya. <= kalimat tidak efektif.
Mawar itu bunga favorit puteri saya. <= jadi kalimat efektif
Ibaratnya, kalo pengen suami pulang kerja bawa jajan favorit, ya bilang aja, nggak perlu pake kata-kata kode, deh. Gitu.
Lima, baca dan baca.
Bacaan itu kan umumnya tulisannya rapi dan runtun. Selama proses membaca itu secara tidak langsung membuat otak kamu berpikir dengan runtun juga, lho. Biasanya, menulis 1 artikel itu, sebaiknya membaca 5-10 artikel. Dibaca dulu aja, ya. Ketika sudah membaca semuanya dan kamu inget intinya di otak, segera tutup semua artikelnya. Baru kamu mulai menulis dari kertas kosong, untuk menghindari tindakan copy paste. Tapi boleh kok menulisnya sambil ngopi-ngopi *wink.
Nah, selamat melakukan 5 hal di atas, ya. Untuk tips nulis lainnya bisa klik SINI, ya #Modus hihihi. Oh ya, ada yang mau menambahkan?
Kudu dipraktekkan
ReplyDeleteNulis kalimat efektif, masih sering kecolongan nih aku, nulis belibet 🙈 yang poin lain juga masih sering kacau sih
ReplyDeleteTipsnya udah pernah ku coba nih mbak. Tapi aku masih susah bikin tulisan urut dan nggak ngalor ngidul gitu. Jadi, ya, aku kudu banyak belajar. Baru tahu nih kalo mbak Wuri itu editor. Keren ya mbak. Kalo aku sih nggak cocok jadi editor. Hehehe.
ReplyDeleteMantap nih .
ReplyDeleteMenulis sesuai ebi itu berat loh, hehe.
Tapi selama kita belajar pasti ada jalan..