Profesi copywriter itu tengah dicari banyak perusahaan. Kenapa? Karena emang butuh banget penulis iklan yang nggak kelihatan promosi di akun media sosial hingga blog perusahaan atau public figure. Hari gini, mengakses media sosial udah jadi kebutuhan setiap orang, jadi sekalian bisa jadi media promosi. Nah, nama tukang yang nulis iklan kek gitu itu adalah copywriter. Paham, ya? *jiwit yang nggak paham-paham. Biar lebih paham, bisa baca di artikel sebelumnya bagaimana cara saya kok bisa menjadi copywriter.
Baca: Cara Menjadi Copywriter
Contoh tulisannya bisa seperti ini:
Nah, di artikel ini buat kamu-kamu yang pengen jadi copywriter, harus siap dengan berbagai tantangannya, seperti ini:
Satu, menulis hal baru.
Menjadi copywriter artinya kamu bagian dari perusahaan itu, jadi tulisan kamu harus mewakili perusahaan tersebut. Misalnya, sejak tahun 2018 aku harus membuat copywriting dengan tema keuangan. Padahal, aku tuh dari dulu nggak suka berhitung apalagi menyentuh dunia keuangan. Tapi, mau gimana lagi? Ketika akan menulis soal keuangan, ya aku harus banyak baca buku dan artikel online soal keuangan. Ibaratnya, benci-benci (keuangan) tapi rindu (uangnya juga) #hallah.
Dua, belajar mengenali gaya bahasa target market.
Ketika membuat copywriting, pastikan gaya bahasanya sesuai dengan karakter target market perusahaan tersebut. Misalnya dulu, pertama kali aku jadi copywriter itu taon 2014, dengan “jualan” produk anak muda. Maka, sebelum menulis, aku baca majalah hingga artikel online khas remaja, biar tahu kata-kata apa sih yang biasa dipake anak muda zaman now. Maklum, aku kan udah mantan remaja, hiks.
Tiga, belajar kosa kata dalam copywriting.
Dulu, aku cuma modal ATM, alias suka mengamati tulisan copywriting orang lain, lalu tiru plus modifikasi dikit, lah. Ternyata, seiring berjalannya waktu dan dapat training dari kantor, ada lho kata-kata khusus yang bisa dipake dalam menulis copywriting. Tapi tentu aja, nggak bisa tinggal dicopas gitu aja, harus memodifikasi dikit. Jadi, bukan hanya daster lama yang butuh modifikasi, eh.
Empat, nggak ada feel nulis tentang itu.
Aku juga dulu sempat nggak mengira bakal jadi copywriter. Soalnya, copywriting kan masuk dunia marketing. Sedangkan bidang marketing itu bukan aku banget. Tapi, setelah setiap hari nulis copywriting, jadi makin jatuh cinta, lho. Sampai-sampai sibuk nulis copywriting, terus lupa bikinin kopi suami, ups.
Lima, harus nggak kelihatan jualan.
Pantangan dalam menulis copywriting itu ada kata “beli” atau semacamnya. Ini dia tantangan yang asyik ternyata. Bagaimana biar pembaca nggak merasa kalau lagi baca tulisan yang bikin dia tertarik beli, tapi bukan hipnotis, lho, ya.
Enam, harus ada respon atau closing.
Tantangan menjadi copywriter lainnya itu, tulisannya minimal bikin pembaca penasaran sama produk atau jasanya. Lebih bagus lagi, gara-gara baca copywriting itu jadi langsung beli produk atau jasa yang diiklankan. Kalau nggak ada respon atau nggak ada closing gimana? Belajar lagiiiik, soalnya konsumen itu berubah jadi perlu ilmu copywiriting terus up date, tsaaah.
Tujuh, gali kepekaan pakai insting.
Terkadang, ilmu copywriting aja nggak cukup, aku suka pake insting hehehe. Misalnya, kayaknya lebih bagus gini deh, walau mungkin 180 derajat beda sama teori. Nggak apa-apa sesekali pakai insting. Gimana bisa dapat insting? Ya sering-sering nulis, hihihi.
Ada pertanyaan apa soal copywriting? Silahkan tulis di komentar. Nanti aku jawab di artikel berikutnya, insya Allah #ModusCariIdePostingan hohoho.
Baca: Cara Menjadi Copywriter
Contoh tulisannya bisa seperti ini:
Nah, di artikel ini buat kamu-kamu yang pengen jadi copywriter, harus siap dengan berbagai tantangannya, seperti ini:
Satu, menulis hal baru.
Menjadi copywriter artinya kamu bagian dari perusahaan itu, jadi tulisan kamu harus mewakili perusahaan tersebut. Misalnya, sejak tahun 2018 aku harus membuat copywriting dengan tema keuangan. Padahal, aku tuh dari dulu nggak suka berhitung apalagi menyentuh dunia keuangan. Tapi, mau gimana lagi? Ketika akan menulis soal keuangan, ya aku harus banyak baca buku dan artikel online soal keuangan. Ibaratnya, benci-benci (keuangan) tapi rindu (uangnya juga) #hallah.
Dua, belajar mengenali gaya bahasa target market.
Ketika membuat copywriting, pastikan gaya bahasanya sesuai dengan karakter target market perusahaan tersebut. Misalnya dulu, pertama kali aku jadi copywriter itu taon 2014, dengan “jualan” produk anak muda. Maka, sebelum menulis, aku baca majalah hingga artikel online khas remaja, biar tahu kata-kata apa sih yang biasa dipake anak muda zaman now. Maklum, aku kan udah mantan remaja, hiks.
Tiga, belajar kosa kata dalam copywriting.
Dulu, aku cuma modal ATM, alias suka mengamati tulisan copywriting orang lain, lalu tiru plus modifikasi dikit, lah. Ternyata, seiring berjalannya waktu dan dapat training dari kantor, ada lho kata-kata khusus yang bisa dipake dalam menulis copywriting. Tapi tentu aja, nggak bisa tinggal dicopas gitu aja, harus memodifikasi dikit. Jadi, bukan hanya daster lama yang butuh modifikasi, eh.
Empat, nggak ada feel nulis tentang itu.
Aku juga dulu sempat nggak mengira bakal jadi copywriter. Soalnya, copywriting kan masuk dunia marketing. Sedangkan bidang marketing itu bukan aku banget. Tapi, setelah setiap hari nulis copywriting, jadi makin jatuh cinta, lho. Sampai-sampai sibuk nulis copywriting, terus lupa bikinin kopi suami, ups.
Lima, harus nggak kelihatan jualan.
Pantangan dalam menulis copywriting itu ada kata “beli” atau semacamnya. Ini dia tantangan yang asyik ternyata. Bagaimana biar pembaca nggak merasa kalau lagi baca tulisan yang bikin dia tertarik beli, tapi bukan hipnotis, lho, ya.
Enam, harus ada respon atau closing.
Tantangan menjadi copywriter lainnya itu, tulisannya minimal bikin pembaca penasaran sama produk atau jasanya. Lebih bagus lagi, gara-gara baca copywriting itu jadi langsung beli produk atau jasa yang diiklankan. Kalau nggak ada respon atau nggak ada closing gimana? Belajar lagiiiik, soalnya konsumen itu berubah jadi perlu ilmu copywiriting terus up date, tsaaah.
Tujuh, gali kepekaan pakai insting.
Terkadang, ilmu copywriting aja nggak cukup, aku suka pake insting hehehe. Misalnya, kayaknya lebih bagus gini deh, walau mungkin 180 derajat beda sama teori. Nggak apa-apa sesekali pakai insting. Gimana bisa dapat insting? Ya sering-sering nulis, hihihi.
Ada pertanyaan apa soal copywriting? Silahkan tulis di komentar. Nanti aku jawab di artikel berikutnya, insya Allah #ModusCariIdePostingan hohoho.