Belajar Menjadi Reporter #3: Helow, Nggak Kenal Menteri?

Sebenarnya aku agak “maju-mundur” mau post ini di blog. Sumpah! Malu, cyn. Tapi gimana lagi, biar nggak ada reporter yang kelak mengalami percis yang pernah kualami ini, taelah, padahal kehabisan cerita karena faktur U jadi banyak pengalaman lalu yang lupa, huhuhu.

Eit, tapi kamu sudah baca: Belajar Menjadi Reporter #2: 10 Hal Perih bagi Reporter, belum? Baca dulu, yak #modus.
Ini cerita waktu aku masih jadi reporter audio visual, ya. Tapi sekarang, aku sudah resign. Ya, bisa dibilang mengenang kenangan pahit, hiks.

   

Jadi gini, malam itu sebenarnya liputan narasumber ... anggap aja namanya Bapak Joko, ya. Dia ada acara tertutup dengan orang-orang penting, bahkan dihadiri oleh Pak Menteri di salah satu gedung pemerintahan. Hanya segelintir media yang mendapatkan undangan, salah satunya ya kru kantorku. Undangan hanya berlaku bagi satu reporter, satu kameraman, dan satu supir. Meluncurlah kami ke TeKaPe di daerah Jakarta Pusat.

Aku dan dua kawan kantor girang banget pas terpilih jadi tim yang berangkat. Keputusan yang berangkat berdasarkan titah Boss lho *sogok Boss pake alat pembakar lemak. Tahu sendiri, acara formal seperti itu biasanya banjir makanan tajir. Haduuuhhh, ketahuan kalau kru memang fakir kuliner. Aku sampai nolak makan dari pagi demi makan membabi buta di lokasi liputan #lebay.

Pas masuk ke dalam ruang, meja di tengah sudah penuh dengan makanan dan minuman yang bikin ngiler sejak pandangan pertama.

Pas aku celingak-celinguk, Pak Joko belum datang. Dari pada menunggu sambil buang upil sembarang, mending kenalan sama orang-orang yang hadir. Salah satunya sama staf Pak Menteri. Sebenarnya sih aku pake basa-basi gitu, tapi ya gitu deh, lagi-lagi berujung petaka.

Staf: Dari TV mana, Mbak? *nanya setelah lihat aku datang dengan temen yang bawa kamera*

Aku: Rumah produksi --- *sensor karena kantor sudah mendepakku dari daftar karyawannya gara-gara membawa bencana mulu, hehehe*

Staf: Reporternya?

Aku: *manggut-manggut sambil ngiler kapan tuh makanan boleh dicuil. 

Aku pun memulai basa-basinya yang ternyata bikin ...

Aku: Pak Menterinya nanti datang?

Staf: *lihat aku kek enggak pernah lihat bidadari cakep.

Taelaaahhh … ngimpi!

Staf: *noleh ke seorang Bapak yang berdiri di dekatnya
Pak, ada yang enggak kenal sama Bapak nih? *nunjuk hidungku 

Modyar!
Bapak itu menoleh.
Sumpah! Aku enggak mengenali wajahnya.
Dengan santai, Beliau hanya cengengesan.

Si Bapak: Saya kan bukan artis. Enggak perlu jadi orang terkenal.

Aku: *bayangin sukses sumpelin mulut Staf pake kamera dengan geregetan!

Huhuhu, maapkan, ya Pak Menteri. Aku janji, besok stop stalking akun hosip, tapi kepoin akun Pak Menteri, deh.

Tips Menjadi Reporter: Ganti poster-poster artis K-Pop di dinding kamar dengan wajah-wajah para menteri yang terbaru!