Sebenarnya aku mau cerita pas baru nerbitin buku solo pertama, judulnya Cenat-Cenut Reporter tahun 2013, lalu. Waktu itu, sebagai penulis pemula, apa aja sih yang harus aku lakukan buat promosi buku seorang diri, jadi bukan program kerja sama dengan marketing penerbit, lho, ya. Ini inisiatif aku sendiri. Sekalian deh mau cerita 5 contoh promosi buku yang pernah aku lakukan, seperti berikut ini:
Eit, sudah tahu belum soal buku Cenat-Cenut Reporter? Tenang, isi tulisannya nggak bikin kepala tambah cenut-cenut, kok, hohoho. Nah, nending,
Baca dulu: Buku Cenat-Cenut Reporter
Sudah dibaca? Lanjut!
Satu. Bawa bukunya pas menghadiri acara.
Mau acara keluarga, reuni, kopdar hore-hore aja,ketemu calon mertua, eh, jangan! ya tetep dong bawa bukunya. Kalo aku, biasanya bawa 1 buku yang sudah terbuka, dan 2 buku yang masih tersegel. Keluarin aja, nanti ada yang iseng-iseng buka bukunya, terus tanya deh bisa beli di mana. Saat itu, langsung keluarkan buku yang tersegel, hohoho.
Dua. Cari siaran radio yang gratis.
Haduh, keliatan penulis nggak modal duit, hihihi. Kebetulan, di Semarang ada salah satu radio yang punya program khusus bedah buku. Sip, deh. Terus, aku cari radio lain. Waktu itu, karena segmen bukunya adalah remaja, ya cari radio yang gaul abis. Iseng-iseng tuh aku datang ke kantor radionya, eh, boleh lho siaran. Asyik, suaramerdu alias fals-ku akhirnya mengudara lagi.
Tiga. Nulis status jualan buku yang nggak keliatan promosi.
Jualan buku di FB? Bisa banget. Waktu itu, aku ceritain semua kegiatan yang berkaitan dengan buku CCR.
Mau siaran di radio? Distatusin.
Mau kopdar sama teman-teman yang ada di CCR? Ditulis di status juga.
Apapun! Yang penting, nggak ngajak friendlistku beli bukuku kok. Minimal, mereka aware kalau ada buku CCR dan lumayan penasaran.
Tuh kan, jangan status galau mulu, ah.
Empat. Nge-tweet.
Dulu sih, belum hapening IG, jadi masih ramai tuh twitter. Sayangnya, cuma 140 karakter, ya. Jadinya, harus pilih kata yang joss. Biasanya, aku kasih tips jadi reporter terus kasih foto bukunya, deh. Lumayan ada yang RT, order, sampe ada yang minta bukunya gratis, hiks.
Lima. Nulis tips di blog yang dicari calon pembaca buku.
Waktu itu, aku juga suka nulis blog berisi tips menjadi reporter, tapi ada selipan info bukunya, lho. Biasanya, kan, orang suka tuh baca-baca tips. Awalnya cuma baca, lama-lama, kan jadi penasaran sama produknya. Aku juga pake gaya bahasa khas remaja karena segmen bukunya adalah anak muda kek aku *kubur KTP.
Tapi, gara-gara aku suka promosi buku yang nggak ngajak beli, eh, alhamdulillah, tulisanku dilirik seseorang. Kemudian, aku jadi tim copywriter-nya, bahkan bertahan sampai sekarang. Setelah 3,5 tahun menjadi copywriter, aku makin cinta sama dunia copywriting. Seru aja bikin tulisan promosi yang nggak keliatan ngiklan. Ada tantangannya, gitu. Jadi, copywriter itu tugasnya ngajak pembaca jadi pembeli, bukan ngajak nikah pembaca, lho ya, hihihi.
Apalagi, kemarin, Mbak Ika dan Arina tanya nih, “Apa hobi kamu?” Jawabannya dari dulu, hobiku adalah menulis, tapi sekarang, aku punya hobi baru. Nggak beda jauh dengan dunia penulisan sih, yaitu membuat tulisan jualan "halus" atau soft selling. Jadi, jangan ngarep aku bikin tulisan: “Dibeli bukunya, Kakak.”
Eit, sudah tahu belum soal buku Cenat-Cenut Reporter? Tenang, isi tulisannya nggak bikin kepala tambah cenut-cenut, kok, hohoho. Nah, nending,
Baca dulu: Buku Cenat-Cenut Reporter
Sudah dibaca? Lanjut!
Satu. Bawa bukunya pas menghadiri acara.
Mau acara keluarga, reuni, kopdar hore-hore aja,
Dua. Cari siaran radio yang gratis.
Haduh, keliatan penulis nggak modal duit, hihihi. Kebetulan, di Semarang ada salah satu radio yang punya program khusus bedah buku. Sip, deh. Terus, aku cari radio lain. Waktu itu, karena segmen bukunya adalah remaja, ya cari radio yang gaul abis. Iseng-iseng tuh aku datang ke kantor radionya, eh, boleh lho siaran. Asyik, suara
Tiga. Nulis status jualan buku yang nggak keliatan promosi.
Jualan buku di FB? Bisa banget. Waktu itu, aku ceritain semua kegiatan yang berkaitan dengan buku CCR.
Mau siaran di radio? Distatusin.
Mau kopdar sama teman-teman yang ada di CCR? Ditulis di status juga.
Apapun! Yang penting, nggak ngajak friendlistku beli bukuku kok. Minimal, mereka aware kalau ada buku CCR dan lumayan penasaran.
Tuh kan, jangan status galau mulu, ah.
Empat. Nge-tweet.
Dulu sih, belum hapening IG, jadi masih ramai tuh twitter. Sayangnya, cuma 140 karakter, ya. Jadinya, harus pilih kata yang joss. Biasanya, aku kasih tips jadi reporter terus kasih foto bukunya, deh. Lumayan ada yang RT, order, sampe ada yang minta bukunya gratis, hiks.
Lima. Nulis tips di blog yang dicari calon pembaca buku.
Waktu itu, aku juga suka nulis blog berisi tips menjadi reporter, tapi ada selipan info bukunya, lho. Biasanya, kan, orang suka tuh baca-baca tips. Awalnya cuma baca, lama-lama, kan jadi penasaran sama produknya. Aku juga pake gaya bahasa khas remaja karena segmen bukunya adalah anak muda kek aku *kubur KTP.
Tapi, gara-gara aku suka promosi buku yang nggak ngajak beli, eh, alhamdulillah, tulisanku dilirik seseorang. Kemudian, aku jadi tim copywriter-nya, bahkan bertahan sampai sekarang. Setelah 3,5 tahun menjadi copywriter, aku makin cinta sama dunia copywriting. Seru aja bikin tulisan promosi yang nggak keliatan ngiklan. Ada tantangannya, gitu. Jadi, copywriter itu tugasnya ngajak pembaca jadi pembeli, bukan ngajak nikah pembaca, lho ya, hihihi.
Apalagi, kemarin, Mbak Ika dan Arina tanya nih, “Apa hobi kamu?” Jawabannya dari dulu, hobiku adalah menulis, tapi sekarang, aku punya hobi baru. Nggak beda jauh dengan dunia penulisan sih, yaitu membuat tulisan jualan "halus" atau soft selling. Jadi, jangan ngarep aku bikin tulisan: “Dibeli bukunya, Kakak.”