Enggak terasa, ya, sudah ketemu di bulan puasa lagi. Pasti pada antusias bakal buka pake apa aja nanti ya? Eit, sambil ngabuburit, bisa, lho, dijadikan bahan postingan di blog kamu. Ato, kamu nulis soal makanan yang dimasak sendiri buat keluarga. Asal, jangan lupa kirim ke aku ya, eeerrr! #PasangTopengPreman. Jadi, apapun kuliner yang disantap pas buka puasa, jangan lupa nulis plus praktekkin tips menulis artikel kuliner di blog ala Wuri berikut ini:
Satu. Gimana penampilannya menurut kamu? Ceritakan apakah penampilan kuliner tersebut bisa menggugah selera kamu? Bikin kamu pengen buru-buru makan, atau kamu langsung ngiler seketika, hehe, atau sayang mau makan karena saking lucunya penampilannya. Ada lho yang sampai gak tega mau makan, kalo aku sih, mau penampilannya unyu atau menarik, tetap sikaaat!
Dua. Gimana rasanya setelah mencoba? Ada baiknya, habiskan dulu makanan dan minumannya, baru deh, kasih komentar. Kalo cuma icip satu teguk atau sesendok, terus kasih komentar, kayaknya kurang bisa eksplore cita rasanya, deh. Soalnya, suapa pertama dan suapan berikutnya biasanya berbeda. Suapan pertama enak, yang selanjutnya sampai habis bisa bikin kenyang, hehehe.
Tiga. Kalo tau, tulis gimana proses memasaknya. Misalnya, kamu datang ke warung kaki lima, terus order sepiring pecel. Coba deh, liat si emak penjualnya, mulai dari motongin sayuran, nguleg bumbu, sampai pesanan kamu disajikan. Pas liat, aha, kamu baru tau, ternyata ada bumbu rahasia yang sudah disiapkan yang bikin pembeli ketagihanliat emak nguleg bumbu, eh.
Empat. Jangan lupa, tulis juga kamu belinya di mana. Nggak harus sedetail, kamu nulis alamat lengkapnya, nomer telepon, akun media sosialnya, pelayannya ganteng ato enggak, ups. Kamu cukup tulis daerahnya di mana saja. Ato, alamat lengkap. Ato link ke akun media sosial mereka. Salah satu saja sudah oke.
Lima. Sertakan foto. Hari gini, nulis tanpa foto? Katanya takut dikira hoax, hehehe. Makanya, setelah makanan kamu datang, ditahan dulu, jangan buru-buru dimakan, tapi fotoin dari berbagai angle, kalo perlu ke luar restorannya khusus buat foto *langsung dikejar pelayannya, hihihi.
Enam. Kasih testimoni versi teman kamu. Biar berimbang, kamu juga bisa minta pendapat teman yang sudah mencicipi kuliner tersebut. Ya, biar postingan kamu lebih panjang aja isinya *plak! Enggak kok, biar pembaca lebih yakin, kalo tulisan kamu itu bukan halusinasi, alias nyata, alias real, alias beneran, alias dari hati.
Tujuh. Bisa, lho, kasih data tambahan. Contohnya: kamu sempat tanya-tanya ke salah satu petugas resto, apa sih konsep desain interior restorannya, apa sih menu best seller, dan apa sih apa sih yang lain. Jadi, jangan makan aja, tapi kepo maksimal, ya. Siapa tau, dari tanya-tinyi, bisa jodoh, hihihi.
Lebih jelasnya, boleh, lho, intip tulisanku yang ini soal review kuliner di salah satu restoran. Tapi, tips di atas bisa dipraktekkan juga buat nulis resep kuliner rumahan yang sudah kamu masak. Tapi ya itu, jangan lupa juga kirim camilan, makanan, minumannya ke rumahku yaaa, nggak baik, cuma bikin aku ngiler pas baca postingan kamu soal kuliner itu *wink.
Foto: Blogger Gandjel Rel lagi foto-foto buat tulisan kulinernya.
Kenapa aku ambil tema itu? Kebetulan, dua blogger Gandjel Rel, yaitu Mbak Wati dan Ika Hardiyan, lagi tanya, “Apa sih menu favorit buat buka puasa?” Kalo jawabanku sih, SEMUA, hahaha … dari gorengan, kurma, ikan, seafood, bubur, buah, ayam, siap kulahap #JanganSamakanOmnivoraYa, hohoho. Langsung ke tips sajo, yak.Satu. Gimana penampilannya menurut kamu? Ceritakan apakah penampilan kuliner tersebut bisa menggugah selera kamu? Bikin kamu pengen buru-buru makan, atau kamu langsung ngiler seketika, hehe, atau sayang mau makan karena saking lucunya penampilannya. Ada lho yang sampai gak tega mau makan, kalo aku sih, mau penampilannya unyu atau menarik, tetap sikaaat!
Dua. Gimana rasanya setelah mencoba? Ada baiknya, habiskan dulu makanan dan minumannya, baru deh, kasih komentar. Kalo cuma icip satu teguk atau sesendok, terus kasih komentar, kayaknya kurang bisa eksplore cita rasanya, deh. Soalnya, suapa pertama dan suapan berikutnya biasanya berbeda. Suapan pertama enak, yang selanjutnya sampai habis bisa bikin kenyang, hehehe.
Tiga. Kalo tau, tulis gimana proses memasaknya. Misalnya, kamu datang ke warung kaki lima, terus order sepiring pecel. Coba deh, liat si emak penjualnya, mulai dari motongin sayuran, nguleg bumbu, sampai pesanan kamu disajikan. Pas liat, aha, kamu baru tau, ternyata ada bumbu rahasia yang sudah disiapkan yang bikin pembeli ketagihan
Empat. Jangan lupa, tulis juga kamu belinya di mana. Nggak harus sedetail, kamu nulis alamat lengkapnya, nomer telepon, akun media sosialnya, pelayannya ganteng ato enggak, ups. Kamu cukup tulis daerahnya di mana saja. Ato, alamat lengkap. Ato link ke akun media sosial mereka. Salah satu saja sudah oke.
Lima. Sertakan foto. Hari gini, nulis tanpa foto? Katanya takut dikira hoax, hehehe. Makanya, setelah makanan kamu datang, ditahan dulu, jangan buru-buru dimakan, tapi fotoin dari berbagai angle, kalo perlu ke luar restorannya khusus buat foto *langsung dikejar pelayannya, hihihi.
Enam. Kasih testimoni versi teman kamu. Biar berimbang, kamu juga bisa minta pendapat teman yang sudah mencicipi kuliner tersebut. Ya, biar postingan kamu lebih panjang aja isinya *plak! Enggak kok, biar pembaca lebih yakin, kalo tulisan kamu itu bukan halusinasi, alias nyata, alias real, alias beneran, alias dari hati.
Tujuh. Bisa, lho, kasih data tambahan. Contohnya: kamu sempat tanya-tanya ke salah satu petugas resto, apa sih konsep desain interior restorannya, apa sih menu best seller, dan apa sih apa sih yang lain. Jadi, jangan makan aja, tapi kepo maksimal, ya. Siapa tau, dari tanya-tinyi, bisa jodoh, hihihi.
Lebih jelasnya, boleh, lho, intip tulisanku yang ini soal review kuliner di salah satu restoran. Tapi, tips di atas bisa dipraktekkan juga buat nulis resep kuliner rumahan yang sudah kamu masak. Tapi ya itu, jangan lupa juga kirim camilan, makanan, minumannya ke rumahku yaaa, nggak baik, cuma bikin aku ngiler pas baca postingan kamu soal kuliner itu *wink.