Bumil, Jangan Kena Pre-Eklamsia

Sebelumnya pernah dengar soal pre-eklamsia saat salah satu artis yang harus segera melahirkan sebelum waktunya #HallahKetahuanNekPenggemarInpohteimen. Ternyata aku juga sempat kena pas hamil kemarin. Bedanya, aku kena pas masih trimester kedua, artinya perjalanan kehamilan masih setengah jalan. Enggak mungkin dong harus mbrojolan (baca: melahirkan bayi) saat itu. Makanya, aku pengin cerita biar (calon) bumil bisa menghindari terkena pre-eklamsia.

Foto: tespek yang samar




Sebenarnya, apa sih pre-eklamsia?
Sejenis hewan buas, kah? Bukan! Itu pre-dator.
Atau orang yang suka malakin? Haish! Makin ngaco, deh, bukan pre-man, kok.
Bisa dibilang penyakit yang membahayakan jiwa bumil dan janin serta belum diketahui penyebabnya. Tanda-tandanya itu tensi naik (bukan karena habis makan kambing sekandang, lho), atau kaki bengkak (tapi tidak semua bumil yang kakinya bengkak itu kena pre-eklamsia, ya), terus... apalagi ya? Tanya Ki Gugel aja, ya, berjibun kok infonya.

Kok bisa ketahuan? Jadi, ceritanya aku kontrol kehamilan 5 bulan. Seperti biasa, ditimbang dan cek tensi dulu, eh, ternyata tensiku 130. Emang sih, 130 masih dibilang enggak tinggi banget. Tapi riwayatku malah tensi rendah, sering pusing, apalagi kalo tanggal tua, huehehehehe. Sebagai pasien yang sabar, preeet, aku pun mengantri seperti bumil yang lain.

Saat face to face ama dokter kandungan, dia kaget kok tensiku agak tinggi. Setelah di-usg dan hasilnya Alhamdulillah janin sehat. Malah pas usg, tuh janin kelihatan lagi ngeblog #MulaiNgaco. Maklum, ibunya blogger jarang posting, kalau bapake blogger lupa password, hihihi. Tapinya, dokternya malah melarang aku langsung pulang karena harus bayar ke kasir dulu, hehe, eh maksudnya malah disuruh cek tensi lagi. Dan taraaa.... hasilnya naik 140. Saat itu juga disuruh tes urine.

Kayaknya 10 menitan, terus hasilnya keluar. Kalau menurut penjelasan Bu Dokter waktu itu, kira-kira ngomong gini, "Ada kabar kurang baik ini, Bu. Hasil tes urine bilang kadar protein Ibu positif, harusnya negatif, jadi ibu terkena pre-eklamsia ringan. Bla... Bla... bla..." Walau ada embel-embel kata 'ringan', tetap saja perasaanku kayak ketemu dosen killer! Atuuuttt.

Nah, saran ibu dokter waktu itu:
1. Terapkan pola hidup sehat dengan makan nonmsg, tidak makan makanan berkaleng, dan tidak makan makanan instan <= padahal sejak awal hamil, aku 100% stop 3 makanan itu, lho. Ya pernah incip sesendok pas suami bikin mie, daripada anakku nanti ngeces terus?
2. Oh ya, sama tidak merokok dan tidak minum beralkohol. Pastinya aku bukan konsumen dua produk itu dari lahir. Eh, tapi pas hamil muda, aku kok mabok, ya? Eit, maksudnya mabok mual gitu.
3. Kurangi konsumsi garam. Jadi, bukan stop makan garam karena bumil butuh asupan garam. Waktu itu, aku sempat ditawari garam rendah natrium, ternyata, kata dokternya mending makan garam biasa tapi jangan banyak. Nanti kalo keasinan dikira pengin nikah, hayo?
4. Jangan lembur. Kerja boleh, tapi gak boleh lembur karena harus banyak istirahat juga. Toh walo enggak lembur, gaji masih mengucur, kan?
5. Jangan stres atau banyak pikiran. Kadang jadi bumil suka kepikiran macam-macam, mulai soal nanti makan apa, beli baju bayi warna apa, beli camilan di mana #hallah
6. Rajin cek tensi. Sejak pernah kena pre-eklamsia, aku beli tensi digital, seminggu sekali cek tensi sampai menjelang melahirkan. Sempat kepikiran buka jasa cek tensi, lumayan kan tarifnya Rp 5.000/tensi #NaluriDagang.
7. Hepi. Coba minta suami belikan makanan paporit, atau shopping di mall pake alasan riset kebutuhan bayi dulu padahal kenyataannya belanja buat bumil sendiri, bisa juga nonton film yang lucu-lucu asal ketawanya jangan sampai kejengkang.

Alhamdulillah, saat kontrol usia kandungan 24 weeks sampai melahirkan, tensi selalu normal dan tidak pre-eklamsia lagi. So, buat (calon) bumil, jangan sampai kena pre-elamsia, ya. Tapi, kalau butuh press release yang memikat, bisa colek akyuuu #Hallah #MalahPromosiJasa.