Semenjak pindah ke Semarang, aku lantas menawari kawan-kawan yang berada di luar kota untuk main ke Kota Lumpia ini. Sebenarnya tujuanku cukup mulia, prĂȘt! Apalagi kalau bukan demi memberikan liburan buat teman-yang-langsung-girang-kalau-ketemu-gratisan *mendadak menyesal punya teman kayak gitu, duh. Tentu aku pakai embel-embel bahasa yang lebih meyakinkan. Contohnya:
"Ayo main ke Semarang! Pokoknya bakal aku service habis."
"Kapan jalan-jalan di Semarang? Kamu belum pernah ke Lawang Sewu yang happening itu, kan?"
"Ke Semarang, yuk! Boboknya di rumahku. Gratis, lho. Asal mau masak, nyuci baju, nyapu." #EdisiGalak
Tuh kan, aku total bingits promosiin ibukota Provinsi Jawa Tengah ini. Tapi, sebagai guide KW yang dibayar cuma pakai kata "Terima kasih", maka aku punya tips praktis plus sukses bikin teman hepi selama keliling kota.
Harus Bagi-Bagi Rejeki
Waktu itu, ada teman datang dari luar kota. Dia bilang kalau pengin menginjakkan kaki di Masjid Agung Jawa Tengah yang populer pakai gaya arsitektur Islam, Arab, dan Romawi itu. Terus, pengin liat langsung wisata daerah Kota Lama sampai beli oleh-oleh di kawasan jalan Pandanaran. Selain itu, masih juga minta diantarkan ke Tugu Muda, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Taman KB, Johar! Teganya... *elus-elus dada Johnny Depp. Untung enggak minta ke bulan. Mahal cyn sewa roketnya.
Berhubung kendaraan pasti dipakai Mas mengejar berlian (baca: kerja). Sementara kalo pakai taxi dengan rute-ruwet-bahkan-peta-dora-saja-kalah, artinya argonya bisa seharga Tas He*mes. So, solusinya adalah...
-Naik becak pas dari Kota Lama ke Lawang Sewu
-Naik angkot dari rumah ke Sam Poo Kong
-Naik bus Trans Semarang dari Lawang Sewu ke Masjid Agung Jawa Tengah
-dll
Kalo dia tanya kenapa enggak panggil taxi aja, mending dijawab:
"Kita harus bagi-bagi rejeki ke Abang Becak, supir angkot, sampai pemerintah."
Perhatikan Peluang di Sekitar
Kalo cerita yang ini, terjadi di Lawang Sewu. Tahu dong kalau harga tiket di tempat wisata itu Rp10.000/orang dewasa. Kalau dirupiahkan-ala-emak-emak, maka Rp10.000 itu sama dengan beli 1 tempe+1 plastik bumbu pecel+1 ikat kecil kacang panjang+1 plastik touge+3 biji cabe. Lumayan, toh? Maka baiknya hanya membeli tiket dan menolak pakai jasa pemandu yang tarifnya mencapai Rp30.000 itu.
Kalau teman tanya kenapa, cukup jawab singkat, "Aku bisa jadi guide kamu." *sambil komat-kamit biar teman tidak tergiur sama salah satu Pemandu.
Gampang, toh?
Tapi, kalau pas jalan-jalan di dalam gedung, mending deketin rombongan wisatawan yang tengah menyewa pemandu. Apalagi kalau jumlah gerombolannya cukup banyak. Enggak mungkin Si Pemandu mengenali 2 anggota asing (baca: aku dan teman), kok. Apalagi, biasanya Pemandu pakai toa selama menjelaskan. Kedengaran dong dia menjelaskan dari sejarah, pernah jadi lokasi shooting, sampai mitos-yang-bikin-bulu-hidung-pada-berdiri #eh.
Biar proses penyelundupan tadi enggak ketahuan Pemandu, harus pilih rombongan yang setipe. Misal, kamu yang mahasiswa, ya deketin gerombolan yang tampangnya anak muda, jangan genk ibu-ibu, ya, entar langsung ditendang, ciaaat!
Merasa enggak pede melakukan hal di atas? Tenang. Ternyata aku enggak sendirian, lho. Tepatnya setelah baca buku Mak Irits. Coba buka #27 Keliling Kota dan #39 No Guide. Keduanya itu #GueBanget. So, daripada pelit sama teman, mending irit! Teman puas liburan, kakiku yang gempor, huhuhu.
Foto: Habis baca Mak Irits, aku jadi punya hobi baru, yaitu koleksi diskon, voucher, dan promo lainnya.
“Tulisan ini diikutsertakan untuk memeriahkan GiveAway Komik mak Irits #GueBangets”
"Ayo main ke Semarang! Pokoknya bakal aku service habis."
"Kapan jalan-jalan di Semarang? Kamu belum pernah ke Lawang Sewu yang happening itu, kan?"
"Ke Semarang, yuk! Boboknya di rumahku. Gratis, lho. Asal mau masak, nyuci baju, nyapu." #EdisiGalak
Tuh kan, aku total bingits promosiin ibukota Provinsi Jawa Tengah ini. Tapi, sebagai guide KW yang dibayar cuma pakai kata "Terima kasih", maka aku punya tips praktis plus sukses bikin teman hepi selama keliling kota.
Harus Bagi-Bagi Rejeki
Waktu itu, ada teman datang dari luar kota. Dia bilang kalau pengin menginjakkan kaki di Masjid Agung Jawa Tengah yang populer pakai gaya arsitektur Islam, Arab, dan Romawi itu. Terus, pengin liat langsung wisata daerah Kota Lama sampai beli oleh-oleh di kawasan jalan Pandanaran. Selain itu, masih juga minta diantarkan ke Tugu Muda, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Taman KB, Johar! Teganya... *elus-elus dada Johnny Depp. Untung enggak minta ke bulan. Mahal cyn sewa roketnya.
Berhubung kendaraan pasti dipakai Mas mengejar berlian (baca: kerja). Sementara kalo pakai taxi dengan rute-ruwet-bahkan-peta-dora-saja-kalah, artinya argonya bisa seharga Tas He*mes. So, solusinya adalah...
-Naik becak pas dari Kota Lama ke Lawang Sewu
-Naik angkot dari rumah ke Sam Poo Kong
-Naik bus Trans Semarang dari Lawang Sewu ke Masjid Agung Jawa Tengah
-dll
Kalo dia tanya kenapa enggak panggil taxi aja, mending dijawab:
"Kita harus bagi-bagi rejeki ke Abang Becak, supir angkot, sampai pemerintah."
Perhatikan Peluang di Sekitar
Kalo cerita yang ini, terjadi di Lawang Sewu. Tahu dong kalau harga tiket di tempat wisata itu Rp10.000/orang dewasa. Kalau dirupiahkan-ala-emak-emak, maka Rp10.000 itu sama dengan beli 1 tempe+1 plastik bumbu pecel+1 ikat kecil kacang panjang+1 plastik touge+3 biji cabe. Lumayan, toh? Maka baiknya hanya membeli tiket dan menolak pakai jasa pemandu yang tarifnya mencapai Rp30.000 itu.
Kalau teman tanya kenapa, cukup jawab singkat, "Aku bisa jadi guide kamu." *sambil komat-kamit biar teman tidak tergiur sama salah satu Pemandu.
Gampang, toh?
Tapi, kalau pas jalan-jalan di dalam gedung, mending deketin rombongan wisatawan yang tengah menyewa pemandu. Apalagi kalau jumlah gerombolannya cukup banyak. Enggak mungkin Si Pemandu mengenali 2 anggota asing (baca: aku dan teman), kok. Apalagi, biasanya Pemandu pakai toa selama menjelaskan. Kedengaran dong dia menjelaskan dari sejarah, pernah jadi lokasi shooting, sampai mitos-yang-bikin-bulu-hidung-pada-berdiri #eh.
Biar proses penyelundupan tadi enggak ketahuan Pemandu, harus pilih rombongan yang setipe. Misal, kamu yang mahasiswa, ya deketin gerombolan yang tampangnya anak muda, jangan genk ibu-ibu, ya, entar langsung ditendang, ciaaat!
Merasa enggak pede melakukan hal di atas? Tenang. Ternyata aku enggak sendirian, lho. Tepatnya setelah baca buku Mak Irits. Coba buka #27 Keliling Kota dan #39 No Guide. Keduanya itu #GueBanget. So, daripada pelit sama teman, mending irit! Teman puas liburan, kakiku yang gempor, huhuhu.
Foto: Habis baca Mak Irits, aku jadi punya hobi baru, yaitu koleksi diskon, voucher, dan promo lainnya.
“Tulisan ini diikutsertakan untuk memeriahkan GiveAway Komik mak Irits #GueBangets”
hoho jadi begitttu maak tips iritnya, akuu belum pernah nih jadi guide :D tapi
ReplyDeleteperlu diparaktekin kayanya buat ntar2 :D
Hahaha ...
ReplyDeleteSejatinya ... antara "Irit" ... "Pelit" ... dan "nggak punya duwit" itu ...
bedanya memang tipiiiiiiisss byanget jeh ...
Salam saya Mbak Wuri
(19/9 : 23)
dih, ada yg jauh lebih ngirit dibandingin aku, harus berguru lebih seksama lagi nih ke mak irits :)
ReplyDeleteeh bujubuneng,, irit pisan ya emak ini. Duh kalau ntar mau minta kopdaran di semarang, pokoknya aku mau disewain kendaraan alp**rd ya, ogah diajak2 muter2 gituh. hahaha.. sukses mak
ReplyDeleteKayaknya kalau naik becak di Semarang itu mahal deh Mak
ReplyDelete