Yeay... bulan lalu saya mengintil Mas liputan di wilayah Kotagede, Yogyakarta. Aha! sekalian saja saya sowan ke rumah Gradien Mediatama, penerbit yang gelap mata mau menerima naskah Cenat-Cenut Reporter (CCR) saya, ups. Pakai adegan kebablasan pas naik Trans Yogyakarta, terus tukang becak yang buta arah pula, alhamdulillah saya berhasil mendarat di gedung yang depannya ada angkringan #SalahFokus. Finally, bisa cipika-cipiki sama Mbak Aning yang email-nya kerap menghantui saya selama mengurus naskah CCR. Tidak ketinggalan sosok Pak Khun sebagai pemilik podium utama penerbit yang ikhlas menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Saya coba rekap poin-poin penting selama kunjungan dadakan itu ya...
Batasan Naskah
Sebelumnya, penulis wajib memahami perbedaan fiksi dan nonfiksi. Selain itu, juga paham makna genre dan subgenre. Jangan sampai pengin cerita cenat-cenutnya ibu kos, malah menulis dengan gaya nulis skripsi. Niat pembaca biar kram perut, malah dapat kram otak #Mumet.
Pertahankan Premis
Poin penting dalam menulis novel adalah premis. Premis merupakan hal yang tengah tokoh perjuangkan sepanjang cerita. Premis umumnya sederhana, cukup berbentuk satu kalimat. Kalau panjang-panjang bisa menyaingi daftar belanja emak-emak, eh.
Contoh: premis pada film Garuda Di Dadaku adalah Bayu ingin menjadi pemain sepak bola tetapi mendapatkan penolakan dari kakek.
Karakter Masuk Akal
Membuat karakter novel harus masuk akal, coba perhatikan:
-Konsisten karakter. Jangan sampai karakter A di awal cerita adalah cewek kuat, tapi tanpa ada kejelasan di dalam cerita, tiba-tiba tokoh A berubah cengeng, terus berubah tegar lagi. Memangnya si A bunglon?!
-Sesuai dengan usia. Perhatikan pula dalam menyusun dialog. Hilangkan subyektifitas penulis. Jangan sampai tokoh utama yang masih 13 tahun, tiba-tiba kasih ngomong layaknya kakek-nenek yang giginya tinggal dua.
Menyusun Outline
Usai menentukan premis, maka langkah selanjutnya adalah menyusun outline. Berisi gambaran kasar di setiap bab secara mendetail. Mulai konfliknya apa saja, tokohnya ngapain saja, dll. Apabila outline ini matang, maka penulis perlu mengembangkannya berisi narasi dan dialog di dalam nakah. Pun fungsi outline agar menghindari writer's block. Kalau masih suntuk, mending berbuat baik kepada orang, seperti mentraktir saya #SaranCerdas.
Kosa Kata
Agar tulisan Anda beragam, ada baiknya memiliki alternatif stok kata. Caranya? Dengan membaca buku, terkadang, Anda akan menemukan kata baru di novel tersebut. Bisa juga mengintip KBBI untuk mencari padanan kata.
Contohnya: padanan kata cenat-cenut adalah mumet, galau, pusing, dll. Untuk mengungkapkan satu kata saja, penulis harus memiliki beberapa amunisi kata. Nah, bagaimana kalau mengungkapkan cinta??? *tiba-tiba menciut.
Komedi
Berhubung saya pernah menelurkan buku personal literature aka pelit, ya sekalian bertanya soal komedi. Katanya, naskah komedi adalah penulis yang tidak bermaksud melawak tetapi behasil membuat pembaca, minimal tersenyum gila, melalui kata-kata. Duh, berat euy.
Contohnya: film When Harry Met Sally yang memunculkan percakapan sehari-hari tapi bisa membuat penonton tertawa. Kalau versi lokal seperti Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Jiaaaaahhhh film jadul semua yak *donlot-donlot ^^
Promosi
Tugas penulis tidak sekedar membuat naskah, tetapi menjadi marketing buku sendiri. Kemudahan akses internet membuat pembaca lebih suka menghubungi penulis langsung, berbeda pada zaman dahulu yang melalui penerbit. Untuk itu, maksimalkan akun sosial media sebagai media promosi. Seperti saya promoin buku Cenat-Cenut Reporter (CCR) di blog ini #Modus. Buku yang memuat kumpulan cerita ringan selama saya menjadi reporter. Mulai mengejar narasumber pelit, gelagat absurb artis di balik layar, sampai klien galak *elus-elus dada Robert Pattinson, loh.
Buku Cenat-Cenut Reporter (CCR) 224 halaman, Rp37.000 di toko buku, atau Rp31.500 pesan di saya (belum ongkir) *penglaris....penglaris....
Batasan Naskah
Sebelumnya, penulis wajib memahami perbedaan fiksi dan nonfiksi. Selain itu, juga paham makna genre dan subgenre. Jangan sampai pengin cerita cenat-cenutnya ibu kos, malah menulis dengan gaya nulis skripsi. Niat pembaca biar kram perut, malah dapat kram otak #Mumet.
Pertahankan Premis
Poin penting dalam menulis novel adalah premis. Premis merupakan hal yang tengah tokoh perjuangkan sepanjang cerita. Premis umumnya sederhana, cukup berbentuk satu kalimat. Kalau panjang-panjang bisa menyaingi daftar belanja emak-emak, eh.
Contoh: premis pada film Garuda Di Dadaku adalah Bayu ingin menjadi pemain sepak bola tetapi mendapatkan penolakan dari kakek.
Karakter Masuk Akal
Membuat karakter novel harus masuk akal, coba perhatikan:
-Konsisten karakter. Jangan sampai karakter A di awal cerita adalah cewek kuat, tapi tanpa ada kejelasan di dalam cerita, tiba-tiba tokoh A berubah cengeng, terus berubah tegar lagi. Memangnya si A bunglon?!
-Sesuai dengan usia. Perhatikan pula dalam menyusun dialog. Hilangkan subyektifitas penulis. Jangan sampai tokoh utama yang masih 13 tahun, tiba-tiba kasih ngomong layaknya kakek-nenek yang giginya tinggal dua.
Menyusun Outline
Usai menentukan premis, maka langkah selanjutnya adalah menyusun outline. Berisi gambaran kasar di setiap bab secara mendetail. Mulai konfliknya apa saja, tokohnya ngapain saja, dll. Apabila outline ini matang, maka penulis perlu mengembangkannya berisi narasi dan dialog di dalam nakah. Pun fungsi outline agar menghindari writer's block. Kalau masih suntuk, mending berbuat baik kepada orang, seperti mentraktir saya #SaranCerdas.
Kosa Kata
Agar tulisan Anda beragam, ada baiknya memiliki alternatif stok kata. Caranya? Dengan membaca buku, terkadang, Anda akan menemukan kata baru di novel tersebut. Bisa juga mengintip KBBI untuk mencari padanan kata.
Contohnya: padanan kata cenat-cenut adalah mumet, galau, pusing, dll. Untuk mengungkapkan satu kata saja, penulis harus memiliki beberapa amunisi kata. Nah, bagaimana kalau mengungkapkan cinta??? *tiba-tiba menciut.
Komedi
Berhubung saya pernah menelurkan buku personal literature aka pelit, ya sekalian bertanya soal komedi. Katanya, naskah komedi adalah penulis yang tidak bermaksud melawak tetapi behasil membuat pembaca, minimal tersenyum gila, melalui kata-kata. Duh, berat euy.
Contohnya: film When Harry Met Sally yang memunculkan percakapan sehari-hari tapi bisa membuat penonton tertawa. Kalau versi lokal seperti Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Jiaaaaahhhh film jadul semua yak *donlot-donlot ^^
Promosi
Tugas penulis tidak sekedar membuat naskah, tetapi menjadi marketing buku sendiri. Kemudahan akses internet membuat pembaca lebih suka menghubungi penulis langsung, berbeda pada zaman dahulu yang melalui penerbit. Untuk itu, maksimalkan akun sosial media sebagai media promosi. Seperti saya promoin buku Cenat-Cenut Reporter (CCR) di blog ini #Modus. Buku yang memuat kumpulan cerita ringan selama saya menjadi reporter. Mulai mengejar narasumber pelit, gelagat absurb artis di balik layar, sampai klien galak *elus-elus dada Robert Pattinson, loh.
Buku Cenat-Cenut Reporter (CCR) 224 halaman, Rp37.000 di toko buku, atau Rp31.500 pesan di saya (belum ongkir) *penglaris....penglaris....
Oh iya toh? mungkin pemilik resto-nya fans berat tuh film, hihihi
ReplyDeleteaku jane pengen gaya tulisanku bukan kaya skripsi tapi kok agak susyah ya.. hehe
ReplyDeleteMakasih sharingnya jeng wuri, :)
ReplyDeletesama-sama *ngikut ke pojokan.
ReplyDeletehaha, loh berarti itu sudah ciri khas tulisan mbak toh
ReplyDeletesama-sama, Mbak
ReplyDeleteayo, Mbak, selesaikan naskahnya, semangat, feel free kalo mau tanya-tanya ya ^^
ReplyDelete