Istilah di Dunia Reporter

Selamat datang lagi di blog mantan reporter. Posting saya saat ini, hendak berbagi soal istilah di dunia reporter. Ada beberapa kata-kata yang beredar di tim liputan. Kalau di kawasan kedokteran, Anda mungkin sering mendengar kata CT scan, radiologi, suntik. Atau di area akuntan, Anda lebih familiar dengan ocehan tentang kredit, debet, dan mumet, eh. Nah, bagaimana ya kalau pada kehidupan reporter?

Saya akan menjelaskan berdasarkan tiga wilayah *pasang topeng bu lurah. Ada beberapa istilah yang wajib reporter utarakan ketika berhadapan dengan narasumber. Kata-kata yang berbeda bila reporter lagi jadi “mandor” (baca: nyuruh kameraman lari sana-lari sini demi mengambil gambar eksklusif narasumber, sekalian balas dendam terselubung, ups). Pun kalau reporter lagi nongkrong bareng editor di ruang kerjanya, juga pake bahasa planet tertentu. Kurang lebih berikut istilah di dunia reporter:

Reporter vs Narasumber

Ketika halo-halo dengan narasumber, pasti dong kasih tahu kalau reporter mau menghantuinya. Reporter wajib menjelaskan bagaimana situasi umum proses pengambilan audio visual narasumber, kalau perlu ceritakan makanan favorit Anda, mungkin narasumber baik hati dan setengah iklas membelikan buat Anda #TipsSesat1. Jangan lupa bilang kalau kelak ada dua macam kegiatan, yaitu:

Satu. Liputan. Bentuknya adalah kameraman nantinya mengikuti pergerakan narasumber. Mulai narasumber masih pakai daster sampai aktifitas menghadiri gala dinner bareng miss-miss KW. Jangan salah, tidak semua narasumber tahu makna liputan. Mungkin mereka mengira liputan itu semacam reinkarnasi para lintah darat, gawat kan? Anda bisa menjelaskan “Seperti shooting gitu lho, nanti ada kamera yang membuntuti termasuk Bapak/Ibu lagi cabut bulu ketek.” Nah, dijamin narasumber paham, kecuali narasumbernya aki-aki yang lahir bareng Ratu Cleopatra.

Dua. Wawancara. Kalo istilah yang satu ini lebih umum. Banyak narasumber yang paham. Biasanya mereka pasti punya pengalaman pribadi, mulai wawacara pas lamar kerja, wawancara di televisi, sampai diwawancara calon mertua, eaaa. Oh ya, ingatkan narasumber jangan pake baju garis-garis, bukan karena flicker di kamera sih, tapi bikin reporter laper kek lihat kue lapis, sluuurp.

Nih contoh adegan wawancara:

rolllllllllllll

Reporter vs Kameraman

Sebagai reporter, ketemu kameraman (kebetulan semua teman kameraman bergenre cowok) itu seperti udara. Tiap hari ketemu dia lagi, dia lagi, apa enggak ada yang cakep dikit yak? *ditabok kamera. Tapi saya tidak akan menguliti istilah kamera lho ya, seperti zoom in zoom out, fade in fade out, kayaknya anak yang merasa muda sekarang sudah paham bahasa tersebut.

Satu. Establish. Artinya mengambil gambar secara menyeluruh. Misalnya, mau menunjukkan aktifitas narasumber masuk ke gedung kantornya, maka perintahkan kameraman shoot gedung dari luar secara keseluruhan. Enggak usah lama-lama, paling lama juga tayang di televisi sekitar lima detik. Lebih bagus lagi bisa shoot semut yang biasa hang out di sudut gedung #TipsSesat2.

Dua. Detail. Ini berbanding terbaik dengan istilah sebelumnya. Yaitu mengambil gambar yang kecil-kecil. Misalnya shoot jari narasumber yang tengah mengetik, close up wajah narasumber yang lagi presentasi, tapi jangan sampai kulit ayam yang nyangkut di gigi narasumber jadi kelihatan ya.

Reporer vs Editor

Job desk utama editor adalah menyusun bahan mentah berupa kaset yang berisi hasil liputan dan wawancara menjadi acara menarik 30 menit. Termasuk mengatur musik, tinggi rendah nada, sampai membuat opening-closing acara. Sementara side job mereka adalah nyanyi mengingat ruangannya kedap suara, mau karaoke tengah malam pun enggak bakal bikin bulu dada satpam berdiri.

Satu. SU atau Sound Up. Kelar liputan, reporter enggak bisa leha-leha dulu, tapi wajib membuat SU. Di kantor, reporter pantengin hasil wawancara dari awal sampai akhir. Catat time code setiap jawaban.
Contoh: 00:00:05-00:07:03 (Motivasi menjadi orang gila)
Waktu tersebut akan dimasukkan oleh editor ke komputer hingga otomatis terpotong setiap narasumber memberi jawaban soal motivasinya menjadi penghuni RSJ.

Dua. Capture. Merupakan aktifitas editor memindahkan isi kaset ke komputer. Kalau liputan dan SU kelar, reporter langsung info ke editor, “Capture bahan ini ya, Nek,” sembari menyodorkan tumpukan kaset. Maka editor pun mulai lembur bersama pacanya yang berwujud komputer.

Nah, kurang lebih seperti itu kata-kata yang biasa mencelos dari bibir reporter ketika berhadapan dengan narasumber, kameraman, dan editor. Kalau gosipin soal bis produser sih biasanya pake kalimat “@#$%^&*” Mengerti nggak? Oh ya, saya juga share istilah yang lain di buku Cenat-Cenut Reporter lho. Nih saya kasih bocoran dikit:

2013-09-28 11.31.31-1

Cover Depan Cenat cenut Reporter Cover buku "Cenat-Cenut Reporter) aka CCR.

Buku berisi kumpulan kisah “hitam” reporter, mulai diusir narasumber, ketemu artis yang bikin ilfeel, sekaligus terselip tips menjadi reporter yang mengaku andal. Sila giring bukunya ke kasir toko buku yak! Semoga tulisan saya soal Istilah di Dunia Reporter ini menjawab rasa penasaran Anda berapa gaji reporter #loh.

Comments

  1. Wah dengan mbaca ini saya jadi lebih pede kalo nanti dapat panggilan wawancara sebagai reporter *masih laku ndak ya hihi

    ReplyDelete
  2. Wah keren. Jadi nambah ilmu soal reporter dan istilah2nya. Manteb nih. :D

    ReplyDelete
  3. Hihihi nek liputan bawa tim krucils :-)

    ReplyDelete
  4. wah, musti dapetin nih bukunya, kayaknya seruuu, :)

    ReplyDelete
  5. yuk, bukunya sudah ada di toko buku :-)

    ReplyDelete

Post a Comment