Banyak yang menilai sosok reporter itu cerdas, berwawasan luas, update berita terkini. Eit, sosok reporter seperti itu tidak berlaku di rumah produksi ini. Yang ada hanya reporter berotak blank, reporter apes mulu, sampai reporter yang hobi habisin jatah makan narasumber. Bahkan kerap kali bikin narasumber mengalami jantungan dini *bawa alat kejut jantung tiap liputan.
Belum lagi kru reporter, yaitu kameraman dan supir, yang bikin malu di hadapan narasumber, kalo perlu tiap liputan wajib bawa topeng bayi buat tutup wajah. Apalagi sang atasan, asisten produser, kerjaannya teriak-teriak stres di dalam ruang editing yang kedap suara. Siapa lagi kalau bukan gegara Boss yang hobi acak-acak kerjaan anak buahnya, "Eee... mending acak-acak tong sampah aja Bos!"
Belum lagi, deretan narasumber yang rata-rata artis atau tokoh inspiratif itu justru ada yang sinting, kepo, sampai sadis nyuruh-nyuruh kru liputan. Hadir pula tipenggak penting jadi reporter andal untuk menghindari hal memalukan ketika di lapangan. Buku yang membedah cerita gokil selama saya menjabat reporter.
“Asli bacaan wajib calon reporter ... materinya enggak ada di hand out kuliah mana pun. Dijamin makin pinter, bonus perut sixpack karena kaku akibat tertawa terus.” (Tika Ghaffar, reporter dan presenter ANTV)
“Beuh, ternyata job ini juga banyak cerita kocak dan gila. Jeung Wuri berhasil merekam behind the scene profesi ini secara blak-blakan!" (Dewi Dedew Rieka, penulis serial “Anak Kos Dodol”)
buku CENAT-CENUT REPORTER
Wuri Nugraeni
Membaca buku ini, pandangan Anda tentang figur seorang reporter akan berubah. Itu terjadi bila para reporter punya nama tengah “Si Blank”, “Ratu Konslet”, atau “Biang Apes”. Keadaan kian ricuh bila para kameraman ikutan ngehang. Plus, hadirnya Boss yang hobi
acak-acak tanpa dosa hasil liputan para kru. Sudah begitu, ada klien berjiwa mak lampir dan narasumber dengan segala tingkah ajaibnya. Hanya di sini diumbar tanpa sensor kisah reporter buta peta, sok tahu bikin malu, sodorin pertanyaan sama sampai tiga kali, bingung membedakan playback dan feedback, treble atau trouble.
“Bayangan reporter yang intelek runtuh seketika pas jadi penghuni rumah produksi tempat Boss bercokol... terseret dalam lubang nista dunia media,” demikian pengakuan penulisnya.
Sudah hadir di toko buku.
Belum lagi kru reporter, yaitu kameraman dan supir, yang bikin malu di hadapan narasumber, kalo perlu tiap liputan wajib bawa topeng bayi buat tutup wajah. Apalagi sang atasan, asisten produser, kerjaannya teriak-teriak stres di dalam ruang editing yang kedap suara. Siapa lagi kalau bukan gegara Boss yang hobi acak-acak kerjaan anak buahnya, "Eee... mending acak-acak tong sampah aja Bos!"
Belum lagi, deretan narasumber yang rata-rata artis atau tokoh inspiratif itu justru ada yang sinting, kepo, sampai sadis nyuruh-nyuruh kru liputan. Hadir pula tip
“Asli bacaan wajib calon reporter ... materinya enggak ada di hand out kuliah mana pun. Dijamin makin pinter, bonus perut sixpack karena kaku akibat tertawa terus.” (Tika Ghaffar, reporter dan presenter ANTV)
“Beuh, ternyata job ini juga banyak cerita kocak dan gila. Jeung Wuri berhasil merekam behind the scene profesi ini secara blak-blakan!" (Dewi Dedew Rieka, penulis serial “Anak Kos Dodol”)
buku CENAT-CENUT REPORTER
Wuri Nugraeni
Harga | : | Rp.37.000,- |
Ukuran | : | 13 x 19 cm |
Tebal | : | 224 hlm |
Cover | : | Soft |
Membaca buku ini, pandangan Anda tentang figur seorang reporter akan berubah. Itu terjadi bila para reporter punya nama tengah “Si Blank”, “Ratu Konslet”, atau “Biang Apes”. Keadaan kian ricuh bila para kameraman ikutan ngehang. Plus, hadirnya Boss yang hobi
acak-acak tanpa dosa hasil liputan para kru. Sudah begitu, ada klien berjiwa mak lampir dan narasumber dengan segala tingkah ajaibnya. Hanya di sini diumbar tanpa sensor kisah reporter buta peta, sok tahu bikin malu, sodorin pertanyaan sama sampai tiga kali, bingung membedakan playback dan feedback, treble atau trouble.
“Bayangan reporter yang intelek runtuh seketika pas jadi penghuni rumah produksi tempat Boss bercokol... terseret dalam lubang nista dunia media,” demikian pengakuan penulisnya.
Sudah hadir di toko buku.
kisah nyatamu kah ini mak hihihi... ngga sabar pengen baca
ReplyDelete